Map Vision Indonesia

Perkembangan Pembangunan Pulau Buatan oleh Vietnam di Laut Cina Selatan dilihat dari Citra Satelit

Last Updated on December 11, 2024 by Map Vision Indonesia

Klaim sepihak yang dilakukan Cina terhadap seluruh kawasan Laut Cina Selatan yang hingga saat ini masih disengketakan banyak negara, yang disertai juga melalui pembangunan pulau-pulau buatan secara masif dalam waktu satu dekade ini, membuat negara lain yang ikut bersengketa mulai kebakaran jenggot, dan menempuh hal yang sama dengan yang dilakukan Cina – membangun secara besar-besaran pulau buatan yang ada di wilayah Laut Cina Selatan.

Kawasan Laut Cina Selatan sendiri saat ini tengah diperebutkan oleh Cina, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Taiwan, karena nilai ekonominya yang sangat besar hingga mencapai 3 triliun US Dollar atau sekitar Rp. 46.722 triliun per tahunnya, selain juga untuk kepentingan keamanan masing-masing negara.

BACA JUGA:

1). Melihat Cina Membangun Pulau Dilihat dari Citra Satelit

2). Melihat Ibu Kota Baru Negeri Piramida dari Citra Satelit

3). Melihat Ambruknya Jembatan Francis Scott Key dari Citra Satelit

4). Melihat Lumpur “Abadi” Melalui Citra Satelit

5. Paru-Paru Dunia Terbakar Hebat

Diantara negara-negara yang bersengketa tersebut, Vietnam menjadi negara kedua selain Cina yang sekarang ini tengah secara gencar melalukan pembangunan di kawasan Laut Cina Selatan terutamanya di Barque Canada Reef, Pearson Reef, Tennent Reef, Pulau Namyit, dan Sand Cay.

Berdasarkan laporan Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI), semenjak November 2023 hingga pertengahan tahun 2024, Vietnam telah menciptakan lahan baru seluas 692 acre (280 ha). Sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2022, Vietnam membuat lahan baru seluas 342 acre (138,4 ha) dan 404 acre (163,5 ha) selama 11 bulan di tahun 2023.

Citra satelit berikut memperlihatkan pembangunan pulau-pulau buatan di beberapa lokasi yang berada di Laut Cina Selatan:

Citra satelit resolusi sangat tinggi dari Maxar Intelligence di atas menunjukkan progress pembangunan pulau buatan di Pearson Reef, dimana dari area terbangun yang secuil pada 6 April 2021, menjadi area yang telah direklamasi secara luas pada tahun 2022 hingga 2023. Terlihat bahwa Vietnam masih fokus dalam memperluas proses reklamasi di atas area terumbu karang yang berada di Pearson Reef, dan belum secara simultan membangun berbagai fasilitas di lahan hasil reklamasi tersebut.

Beranjak menuju Tennent Reef yang berjarak 100 kilometer arah timur Pearson Reef,  perbedaan mencolok kondisi area tersebut pada Maret 2022 dengan Desember 2022 ditunjukkan citra satelit di bawah ini:

Time Series Citra Satelit Tennent Reef

Citra Satelit dari Maxar Intelligence pada area Tennent ReefMaret 2022 (kiri), Desember 2022 (tengah), dan November 2023 (kanan)
(Image Copyright: Maxar Intelligence; Courtesy of NHK)

Seperti terlihat pada citra satelit di atas, pada Maret 2022, area yang direklamasi hanya sedikit, dimana dominan berada di sisi kiri yang bentuknya tipis memanjang. Berselang 9 bulan atau Desember 2022, area reklamasi telah meluas hingga ke bagian tengah serta kanan. Hampir 1 tahun kemudian atau November 2023, terlihat beberapa fasilitas pada pulau buatan telah dibuat seperti pelabuhan yang terletak di bagian utara.

Selanjutnya bergerak ke Barque Canada Reef, dimana dari citra satelit di bawah ini terlihat bahwa area ini yang mengalami pembangunan paling masif.

Barque Canada Reef Time Series

Citra Satelit dari Maxar Intelligence pada area Barque Canada ReefJuni 2022 (kiri) dan November 2023 (kanan)
(Image Copyright: Maxar Intelligence; Courtesy of NHK)

Dari hanya secercah area pada bagian kiri atol pada Juni 2022, menjadi area yang lapang pada November 2023. Selain itu, pada sisi kanan atol juga sudah terdapat pembangunan, walau areanya tidak seluas sisi kirinya.

Berdasarkan perkiraan lembaga kajian dari Amerika Serikat, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), luasan area terbangun di Barque Canada Reef mencapai 0,8 kilometer persegi, dan menjadikannya pulau buatan terluas di Laut Cina Selatan yang berada di bawah kendali Vietnam.

Berikutnya kita akan melihat perubahan “wajah” lainnya dalam beberapa tahun terakhir di Pulau Namyit dan Pulau Sand Cay, seperti ditunjukkan time lapse citra satelit di bawah ini:

Time Lapse Citra Satelit Pulau Namyit

Time Lapse Citra Satelit Sentinel 2 Pulau Namyit
(Image Copyright: ESA; Courtesy of Washington Post)

Time Lapse Citra Satelit di Sand Cay

Time Lapse Citra Satelit Sentinel 2 Sand Cay
(Image Copyright: ESA; Courtesy of Washington Post)

Secara keseluruhan berdasarkan data dari CSIS, sampai saat ini, Vietnam telah melakukan reklamasi seluas 3,5 kilometer persegi pada 20 terumbu karang yang berada di Laut Cina Selatan.

Reklamasi yang dilakukan Vietnam di Laut Cina Selatan

Reklamasi yang dilakukan Vietnam di Laut Cina Selatan
(Image Copyright: Maxar Intelligence; Courtesy of Washington Post)

“Rahasia” di balik menjadi lebih cepatnya proses reklamasi yang dilakukan Vietnam dibandingkan sebelumnya yakni perubahan metode dari pengambilan tanah dan pasir dari area yang dangkal menjadi penggalian di dasar laut untuk memompa keluar pasir menggunakan kapak keruk hisap (cutter suction dredger), yang memungkinkan untuk memperoleh pasir dalam jumlah banyak dengan waktu yang lebih singkat.

Namun, metode anyar tersebut – yang juga dilakukan oleh Cina, mempunyai dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar.  Victoria Todd selaku Managing Director & Chief Scientist di Ocean Science Consulting Ltd, mengatakan bahwa aktivitas tersebut dapat merusak terumbu karang yang dapat membahayakan lingkungan laut.

“Secara tidak langsung, perubahan karakteristik lingkungan, seperti topografi, kedalaman, ukuran partikel sedimen, juga dapat mempengaruhinya,” ujar Todd.

Kekuatan ekonomi Cina yang sangat kuat saat ini, membuat mereka berbuat arogan untuk melakukan klaim sepihak dan tanpa tedeng aling-aling membangun banyak reklamasi di area yang sedang dipersengketakan, membuat tensi memanas di kawasan tersebut, yang membuat negara lain terutama Vietnam untuk melakukan hal yang sama. Entah akan berakhir seperti apa nantinya pergolakan di Laut Cina Selatan ini, namun semoga tidak menjadi alasan untuk terjadinya perang terbuka.

POSTINGAN MENARIK LAINNYA:

1). [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 3.x

2). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS

3). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps

4). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS

5). [Tutorial] Menghitung Volume Data Raster Menggunakan QGIS

Sumber Utama:

Washington PostVietnam accelerates island building to challenge China’s maritime claims

NHK World JapanCina & Vietnam Percepat Pengembangan Laut Cina Selatan Seiring Meningkatnya Sengketa

Author: Map Vision IndonesiaMap Vision Indonesia merupakan team yang berisikan praktisi di bidang Citra Satelit, Penginderaan Jauh (Remote Sensing), Sistem Informasi Geografis (SIG), serta Pemetaan pada umumnya. Kami telah berpengalaman khususnya mengerjakan ratusan proyek pengadaan dan pengolahan serta mapping data citra satelit berbagai resolusi dari beragam vendor sejak tahun 2013.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: