Last Updated on October 18, 2024 by Map Vision Indonesia
Tidak hanya di negara kita saja yang saat ini tengah menggarap pembangunan ibu kota negara yang baru, tapi di salah satu negara yang berada di Benua Afrika bagian utara yakni Mesir, juga sedang mempersiapkan pengganti bagi Kota Kairo selaku ibu kota negaranya.
Pemerintah Mesir mengumumkan megaproyek pembangunan ibu kota negara baru pada Maret 2015, dengan target akan rampung pada pertengahan tahun 2020, namun COVID–19 yang menghajar seluruh negara di dunia pada tahun 2020, membuat progress pembangunan terhambat dan mengakibatkan target tidak tercapai.
BACA JUGA:
1). Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Corona Melanda
2). Peta Sebaran Virus Corona dari John Hopkins University
3). Melihat Ambruknya Jembatan Francis Scott Key dari Citra Satelit
Citra Satelit Landsat 8 dari sensor Operational Land Imager (OLI) menangkap jejak awal pembangunan ibu kota baru tersebut pada tanggal 14 Agustus 2017, seperti ditunjukkan di bawah ini:

Citra Satelit Landsat 8 Memperlihatkan Pembangunan Ibu Kota Baru pada Tanggal 14 Agustus 2017
(Image Copyright: NASA USGS)
Terlihat dari Citra Satelit Landsat 8 di atas, jaringan jalan yang tampak sangat jelas sudah dibuat pada wilayah ibu kota baru.
Selanjutnya time lapse Citra Satelit Sentinel memperlihatkan perkembangan pembangunan ibu kota baru dari tahun 2017 sampai dengan 2021, yang terlihat sudah cukup masif dan cepat pembangunannya.
Timelapse satellite imagery showing the emergence of Egypt New Administrative Capital in four years only. https://t.co/z5TpDTEdrX pic.twitter.com/zFLE4jo3KA
— Mahmoud Gamal (@mahmouedgamal44) February 14, 2021
Berdasarkan berbagai laporan berita, hingga Maret 2024, 1.500 keluarga telah pindah ke ibu kota baru, dan diperkirakan pada akhir tahun 2024, akan terdapat 10 ribu keluarga baru yang mendiami ibu kota anyar tersebut. Pemerintah Mesir sendiri dikabarkan sudah membangun 100 ribu unit rumah untuk ditempati warga secepatnya.
Beberapa bank serta unit bisnis juga dilaporkan akan memindahkan kantor pusatnya menuju ibu kota baru di tahun 2024 ini, sama halnya dengan kantor–kantor kementerian negara yang juga telah direlokasi, bahkan parlemen telah bersidang di gedung yang baru.
Ibu kota baru Mesir ini juga akan menjadi “rumah” bagi The Iconic Tower yang jika sudah rampung sepenuhnya akan mempunyai tinggi mencapai 385,8 meter dan bakalan menjadi gedung tertinggi di Afrika.
Beragam fasilitas lain telah dan tengah dikerjakan seperti rumah ibadah – di mana telah dibangun Masjid Misr atau Masjid Agung Mesir yang dapat menampung hingga 107 ribu jemaah serta katedral terbesar di Timur Tengah yang bernama Katedral Nativity, kemudian pembangunan universitas, jaringan transportasi umum, serta banyak lainnya.
Ibu kota baru Mesir terletak di sebuah kawasan padang pasir yang berada 45 km arah timur Kota Kairo, di mana hingga sekarang masih belum mempunyai nama resmi, dan untuk saat ini masih diberi nama Ibu Kota Administratif Baru (New Administrative Capital/NAC).
Pemerintah Mesir mempunyai beberapa alasan mengapa mereka membangun ibu kota baru, namun yang paling utama adalah soal populasi yang sudah over di Kota Kairo, yang memberikan dampak buruk.
Kairo mengalami lonjakan penduduk dari 8 juta pada tahun 1984 menjadi 22 juta lebih di tahun 2024. Peningkatan penduduk yang mencapai hampir 3 kali lipat selama 40 tahun terakhir, membuat beragam masalah muncul di kota tersebut. Polusi udara, kemacetan, transportasi publik yang terbatas, serta berbagai masalah lain yang menyebabkan terjadinya degradasi bagi ruang hidup yang layak bagi mereka yang bertempat tinggal di Kairo.
Ledakan penduduk di Kairo mengubah wajah kota dan sekitarnya secara drastis. Pembangunan terus berlangsung pada lahan-lahan yang masih kosong di Kairo serta terciptanya kota-kota satelit yang berada di gurun pasir.
Perubahan “wajah” Kota Kairo dan wilayah sekitarnya dapat kita saksikan dari tangkapan Satelit Landsat per 10 tahun dari tahun 1984 hingga 2024:
Seperti halnya juga dengan pembangunan IKN di negara kita, pembangunan ibu kota baru di Mesir menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Mesir.

Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi dari Maxar Intelligence di wilayah Ibu Kota Baru Mesir – Tahun 2024
(Image Copyright: Maxar Intelligence)
Bagi yang setuju dengan keputusan Pemerintah Mesir ini, ibu kota baru akan menarik banyak investasi yang akan membuka lapangan kerja yang baru, ruang hidup yang jauh lebih layak, infrastruktur baru yang modern dan berteknologi tinggi, tata kota yang terencana dan terintegrasi, serta banyak lainnya.
Sedangkan bagi yang kontra, pembangunan ibu kota baru memakan anggaran yang sangat besar. Perhitungan total dari Pemerintah Mesir, ibu kota yang baru setidaknya akan menghabiskan biaya mencapai 58 miliar USD atau setara dengan 900 triliun Rupiah, dimana sebagian dananya juga berasal dari hutang negara lain seperti Cina yang menggelontorkan 3 miliar USD untuk proyek ambisius sang presiden. Hutang besar ini tentu akan menjadi beban negara di kemudian hari, dan menilai bahwa apa yang diperbuat pemerintah telah salah prioritas ketika hutang jumbo tersebut bukan untuk sesuatu yang esensial dan mendesak yang saat ini dihadapi rakyat Mesir seperti kemiskinan, tingkat inflasi yang tinggi, utang negara yang besar, serta sederet permasalahan lainnya.
Proses memindahkan penduduk dalam jumlah besar dengan latar belakang yang beragam juga akan menjadi tantangan besar yang dapat menimbulkan masalah sosial dan ekonomi di masa mendatang.
Selain itu, pemindahan ibu kota ini dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi lingkungan, seperti perubahan iklim mikro dan hilangnya keanekaragaman hayati.
POSTINGAN MENARIK LAINNYA:
1). [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 3.x
2). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS
3). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps
4). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS
5). [Tutorial] Menghitung Volume Data Raster Menggunakan QGIS
