Map Vision Indonesia

Citra Satelit untuk Pertambangan

Citra Satelit untuk Pertambangan

Pertambangan merupakan salah satu sektor di Indonesia yang paling banyak menggunakan data penginderaan jauh (dalam hal ini citra satelit) dalam kegiatan usahanya, selain karena berbagai keunggulan dari data tersebut, juga karena regulasi yang mewajibkan pemakaian citra satelit untuk perizinan dan laporan kepada instansi terkait.

Berikut ini, regulasi yang mengharuskan penggunaan data penginderaan jauh dalam usaha pertambangan:

1). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 (Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan)

Bagian Ketiga (Persyaratan Permohonan) Pasal 21 huruf b pada peraturan menteri tersebut, terdapat ketentuan persyaratan teknis dalam Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), dimana penjabarannya diurai pada Pasal 23.

Pada Pasal 23 ayat 1 huruf g, disebutkan bahwa: peta penginderaan jauh dengan resolusi minimal 5 (lima) meter liputan 1 (satu) tahun terakhir dilampiri dengan softcopy dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84.

Selain itu pada Pasal 23 ayat 1 huruf b, disebutkan bahwa: lokasi, luas areal, dan rincian penggunaan kawasan hutan yang dimohon yang dituangkan dalam bentuk peta skala paling kecil 1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) atau lebih besar dalam bentuk softcopy format shapefile (shp) dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84.

Terkait persyaratan teknis tersebut, kami akan menjelaskan lebih detail mengenai hal itu.

Data Penginderaan Jauh Resolusi Minimal 5 Meter       

Data penginderaan jauh (dalam hal ini kami akan membahas data citra satelit) yang mempunyai resolusi spasial kelas 5 (lima) meter sesuai dengan persyaratan minimal yaitu Citra Satelit RapidEye dan juga Citra Satelit SPOT5, namun sayangnya kedua satelit tersebut telah berhenti beroperasi.

Oleh karena saat ini sudah tidak tersedia data citra satelit dengan resolusi minimal 5 meter, maka dapat digunakan citra satelit lain yang mempunyai resolusi spasial lebih tinggi dari 5 meter.

Saat ini data citra satelit yang mempunyai ketersediaan data yang cukup banyak untuk wilayah Indonesia dengan resolusi spasial di atas 5 meter yakni:

PlanetScope (Resolusi Spasial 3-4 Meter)

Citra Satelit PlanetScope di Areal Tambang Terbuka

Data Olahan Citra Satelit PlanetScope Warna Natural di Areal Tambang Terbuka
(Image Copyright: PlanetLabs; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Dengan resolusi spasial asli antara 3 sampai dengan 4 meter, data Citra Satelit PlanetScope sudah memenuhi persyaratan terkait tingkat resolusi spasial dari citra satelit yang dapat digunakan untuk Permohonan IPPKH.

Kami dapat mengatakan bahwa Citra Satelit PlanetScope merupakan data yang paling melimpah ketersediaan datanya untuk wilayah Indonesia, karena satelit ini melakukan perekaman hampir setiap hari.

Dengan ketersediaan data yang tumpah ruah, data Citra Satelit PlanetScope mampu mengatasi kendala terbesar terkait data citra satelit yakni tingkat tutupan awan beserta ketersediaan data citra satelit pada sebuah area.

Walau tidak tertulis dalam persyaratan teknis dalam peraturan menteri di atas, namun biasanya data citra satelit yang diinginkan mempunyai tingkat tutupan awan kurang dari 5 persen dari total luasan areal Permohonan IPPKH. Oleh karena Satelit PlanetScope melakukan perekaman setiap hari, maka peluang untuk mendapatkan hasil perekaman dengan tingkat tutupan awan kurang dari 5 persen bahkan bersih dari awan sama sekali (0 persen) terbuka lebar.

Kalaupun ternyata data pada areal tersebut tidak tersedia Citra Satelit PlanetScope dengan tingkat tutupan awan kurang dari 5 persen, kami dari Map Vision Indonesia dapat melakukan proses cloud remove (menghilangkan awan) menggunakan beberapa Citra Satelit PlanetScope yang melimpah (dengan tetap memperhatikan tanggal perekaman citra satelit yang digunakan dalam proses cloud remove sesuai dengan persyaratan yakni liputan 1 tahun terakhir).

Terdapat kelebihan lainnya dari Citra Satelit PlanetScope yaitu sudut perekaman yang rendah. Dari pengalaman kami menggunakan Citra Satelit PlanetScope, kebanyakan data Citra Satelit PlanetScope mempunyai tingkat sudut perekaman sangat rendah antara mendekati nadir (0 koma sekian) dan maksimal biasanya hanya 5 derajat. Dengan tingkat sudut perekaman yang sangat rendah, bentuk dan ukuran objek pada citra satelit mendekati keadaan yang sebenarnya.

Selain itu, antar data Citra Satelit PlanetScope yang dihasilkan, posisi objek hampir tidak berbeda sama sekali, sehingga sangat bermanfaat misalnya untuk analisis tutupan lahan dari waktu ke waktu (time series), serta menghemat waktu pengolahan karena tidak diperlukan proses Orthorektifikasi atau Rektifikasi antar data citra satelit (Image to Image Rectification), terkecuali Anda menginginkan koreksi geometrik menggunakan data acuan yang dimiliki.

Dibalik keunggulannya tersebut, terdapat juga kekurangan dari Citra Satelit PlanetScope. Kualitas tampilan yang “inkonsisten” menjadi permasalahan. Kerap kali Citra Satelit PlanetScope mempunyai semacam “kecacatan” tampilan, berupa garisgaris melintang yang terdapat pada citra satelit, seperti yang terlihat pada Citra Satelit PlanetScope di bawah ini:

Kekurangan pada Citra Satelit PlanetScope

Garis-Garis Melintang pada Citra Satelit PlanetScope
(Image Copyright: PlanetLabs; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Terlihat pada data olahan Citra Satelit PlanetScope warna natural di atas, terdapat garisgaris melintang dengan warna dominan biru serta terdapat juga warna merah. Walau tidak menutupi objek pada data citra satelit, namun hal tersebut dapat mempersulit interpretasi objek yang terdapat pada data citra satelit.

Selain dari garis-garis melintang yang tampak pada data Citra Satelit PlanetScope, terkadang terdapat keanehan pada tampilan warnanya. Beberapa kali kami mendapatkan tampilan warna yang berbeda padahal dalam satu scene Citra Satelit PlanetScope.

Tidak semua data Citra Satelit PlanetScope mempunyai tampilan “abnormal” seperti di atas, namun kita juga tidak dapat mengetahui apakah data Citra Satelit PlanetScope yang kita order memiliki tampilan yang “normalatau tidak, berhubung tampilan pada quicklook atau preview Citra Satelit PlanetScope tidak menampilkan hal tersebut.

Kabarnya sendiri, pihak PlanetLabs selaku perusahaan pemilik Satelit PlanetScope, menjanjikan bahwa tidak akan ada lagi data Citra Satelit PlanetScope dengan tampilan abnormal” yang dihasilkan oleh Satelit PlanetScope generasi selanjutnya, ditambah dengan beragam perbaikan lainnya, seperti peningkatan ketajaman tampilan citra satelit, warna yang lebih hidup” dan “kaya”, serta lain sebagainya.

Informasi lanjutan terkait Citra Satelit PlanetScope seperti luasan area minimal order, jumlah band, cara melakukan order, serta lain sebagainya, dapat Anda lihat pada link berikut ini:

Citra Satelit PlanetScope

SPOT6 dan SPOT7 (Resolusi Spasial Kelas 1,5 Meter)

SPOT-6

Data Olahan Citra Satelit SPOT6 Warna Natural di Wilayah Kab. Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Skala 1:9.000
(Image Copyright: Airbus Defence & Space; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Inilah salah satu data citra satelit yang saat ini banyak digunakan di Indonesia untuk beragam sektor termasuk untuk kegiatan pertambangan.

Ketersediaan data yang cukup lengkap di wilayah Indonesia ditambah cakupan area yang luas untuk satu kali perekaman, serta tingkat resolusi spasial yang termasuk tinggi (1,5 meter), menjadikan data Citra Satelit SPOT6 dan SPOT7 sebagai citra satelit terfavorit yang digunakan untuk aktivitas usaha pertambangan.

Citra Satelit SPOT6 mulai tersedia dari akhir tahun 2012 sampai dengan saat ini, sedangkan untuk Citra Satelit SPOT7 dari pertengahan tahun 2014 hingga sekarang.

Informasi lanjutan terkait Citra Satelit SPOT6 dan SPOT7 seperti luasan area minimal order, jumlah band, cara melakukan order, serta lain sebagainya, dapat Anda lihat pada link berikut ini:

Citra Satelit SPOT-6

Citra Satelit SPOT-7

Pleiades1A dan Pleiades1B (Resolusi Spasial Kelas 0,5 Meter)

Citra Satelit Pleiades-1A di Areal Tambang Terbuka

Data Olahan Citra Satelit Pleiades1A Warna Natural di Areal Tambang Terbuka
(Image Copyright: Airbus Defence & Space; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Airbus Defence & Space – perusahaan dirgantara asal Prancis, tidak hanya memiliki Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 sebagai satelit “kembar” karena kemiripan spesifikasi teknis-nya, namun juga memiliki satelitganda” lainnya dengan spesifikasi tidak berbeda. Satelit tersebut ialah Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B.

Citra satelit yang dihasilkan dari Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B memiliki resolusi spasial kelas 50 cm (0,5 m), dengan total terdapat 4 band (3 band cahaya tampak dan 1 band inframerah dekat).

Dibandingkan dengan Citra Satelit SPOT6 dan SPOT7, Citra Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B mempunyai tingkat resolusi spasial yang lebih tinggi, namun sayangnya Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B tidak melakukan perekaman untuk seluruh wilayah di Indonesia, sehingga data Citra Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B tidak tersedia untuk beberapa wilayah di nusantara.

Selain itu, cakupan luasan area yang direkam oleh Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B tidak seluas Satelit SPOT6 dan SPOT7, menyebabkan kemungkinan sebuah area tercover oleh lebih dari satu scene data citra satelit terbuka lebih lebar, dan hal tersebut akan mengakibatkan proses pengolahannya menjadi lebih lama.

Informasi lanjutan terkait Citra Satelit Pleiades1A dan Pleiades1B seperti luasan area minimal order, jumlah band, cara melakukan order, serta lain sebagainya, dapat Anda lihat pada link berikut ini:

Citra Satelit Pleiades-1A

Citra Satelit Pleiades-1B

Pleiades Neo (Resolusi Spasial Kelas 0,3 Meter) 

Citra Satelit Pleiades Neo di Areal Tambang Terbuka

Data Olahan Citra Satelit Pleiades Neo Warna Natural di Areal Tambang Terbuka
(Image Copyright: Airbus Defence & Space; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Saat ini resolusi spasial asli tertinggi yang dapat dihasilkan oleh satelit observasi bumi yaitu 30 cm (0,3 m). Satelit yang sekarang mampu menghasilkan citra satelit tersebut ialah Satelit WorldView3 dari perusahaan Maxar Technologies serta Pleiades Neo dari Airbus Defence & Space.

Rencananya, 4 Satelit Pleiades Neo akan mengorbit di angkasa dan membentuk sebuah konstelasi. Dari 4 satelit, 2 satelit sudah berhasil mengangkasa pada tahun 2021 yang lalu, dan 2 satelit tersisa diagendakan meluncur menuju antariksa pada bulan Desember 2022 ini.

Informasi lanjutan terkait Citra Satelit Pleiades Neo seperti luasan area minimal order, jumlah band, cara melakukan order, serta lain sebagainya, dapat Anda lihat pada link berikut ini:

Citra Satelit Pleiades Neo

HD Imagery (Resolusi Spasial Kelas 0,15 Meter)

Citra Satelit HD Imagery 15 cm dari Maxar Technologies

Contoh Tampilan Warna Natural Citra Satelit HD Imagery 15 cm dari Maxar Technologies
(Image Copyright: Maxar Technologies)

HD Imagery dengan resolusi spasial kelas 15 cm dari perusahaan Airbus Defence & Space dan Maxar Technologies, merupakan citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi yang dijual secara bebas kepada masyarakat dunia.

Citra satelit ini tidak diperoleh dari satelit yang menghasilkan citra dengan resolusi spasial 15 cm, namun didapat dari hasil pengolahan lebih lanjut citra satelit resolusi spasial 30 cm (dengan sudut perekaman sangat rendah) seperti Pleiades Neo untuk perusahaan Airbus Defence & Space, dan WorldView3, WorldView4, serta WorldView Legion nantinya untuk perusahaan Maxar Technologies, menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh kedua perusahaan besar di bidang antariksa tersebut.

Informasi lanjutan terkait Citra Satelit HD Imagery 15 cm, dapat Anda lihat pada link berikut ini:

Citra Satelit HD Imagery 15 cm (0,15 m) dari Airbus Defence & Space

Citra Satelit HD Imagery 15 cm (0,15 m) dari Maxar Technologies

Citra Satelit Resolusi Spasial Kelas 30 cm (0,3 m), 40 cm (0,4 m), dan 50 cm (0,5 m) dari Maxar Technologies

Citra Satelit WorldView-2 di Areal Tambang Terbuka

Data Olahan Citra Satelit WorldView2 Warna Natural di Areal Tambang Terbuka
(Image Copyright: Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Maxar Technologies yang dulunya bernama DigitalGlobe, merupakan perusahaan pionir yang menjual citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi (di atas 1 meter) yang dihasilkan dari Satelit Ikonos yang mengangkasa pada tahun 1999 silam.

Saat ini, terdapat total 4 satelit observasi bumi milik Maxar Technologies yang masih beroperasi yakni 3 satelit multispektral yang terdiri dari Satelit GeoEye1, WorldView2, dan WorldView3, serta 1 satelit pankromatik yaitu Satelit WorldView1.

Dalam penjualan data original citra satelit, Maxar Technologies memberlakukan kelas resolusi spasial yang berpengaruh terhadap harga jualnya.

Untuk Citra Satelit WorldView3 yang dapat memiliki resolusi spasial mencapai 30 cm, terdapat 3 kelas resolusi spasial yang ditawarkan yaitu resolusi spasial kelas 30 cm, 40 cm, dan 50 cm.

Untuk Citra Satelit GeoEye1 yang dapat memiliki resolusi spasial mencapai 40 cm, terdapat 2 kelas resolusi spasial yang ditawarkan yaitu resolusi spasial kelas 40 cm dan 50 cm.

Untuk Citra Satelit WorldView1 dan 2 yang memiliki resolusi spasial mencapai 50 cm, terdapat 1 kelas resolusi spasial yang ditawarkan yaitu resolusi spasial kelas 50 cm.

Informasi lanjutan terkait citra satelit dari Maxar Technologies seperti luasan area minimal order, jumlah band, cara melakukan order, serta lain sebagainya, dapat Anda lihat pada link berikut ini:

Citra Satelit WorldView-3

Citra Satelit WorldView-2

Citra Satelit WorldView-1

Citra Satelit GeoEye-1

***

Kembali kepada isi yang terdapat pada Pasal 23 ayat 1 huruf b dan g, maka pelaku usaha yang sedang mengurus perizinan IPPKH, selain harus menyediakan data original beserta data olahan citra satelit dengan liputan maksimal 1 tahun terakhir (dengan sistem koordinat UTM dan datum WGS 84), juga harus membuat tampilan peta citra satelit dan juga peta hasil mapping (digitasi dan interpretasi dari citra satelit olahan).

Sesuai pasal tersebut juga, minimal tampilan peta berada pada skala 1:50.000 atau lebih tinggi. Berhubung data citra satelit yang digunakan lebih tinggi dari 5 meter, maka skala yang dibuat bisa lebih dari 1:50.000. Untuk data Citra Satelit PlanetScope hasil olahan dapat menggunakan skala 1:25.000, Citra Satelit SPOT6 atau SPOT7 pada skala 1:10.000, citra satelit dengan resolusi spasial kelas 50 cm biasanya pada skala 1:2.500, citra satelit dengan resolusi spasial kelas 40 cm pada skala 1:2.000, citra satelit dengan resolusi spasial kelas 30 cm pada skala 1:1.500, dan citra satelit pada resolusi spasial kelas 15 cm pada skala 1:1.000.

Peta biasanya dibuat dalam ukuran kertas A0, A1, atau A3, serta tampilannya memuat keseluruhan areal yang dimohon untuk IPPKH, dengan memperhatikan skala lazim maksimal data citra satelit tersebut dan maksimal tampilan skala yang diperbolehkan (1:50.000). Jika ternyata areal yang dimohon luas, sehingga  areal permohonan IPPKH tidak tercakup seluruhnya dalam ukuran kertas A0 dan pada skala 1:50.000, maka dapat dibuat tampilan peta berseri.

Ringkasan

Ringkasan persyaratan teknis terkait penyediaan citra satelit pada permohonan IPPKH yakni sebagai berikut:

1). Data original citra satelit dengan ketentuan mempunyai resolusi spasial minimal 5 meter dengan liputan maksimal 1 tahun terakhir, dengan bentuk softcopy;

2). Data olahan citra satelit dengan resolusi spasial hasil olahan minimal 5 meter, dengan sistem koordinat UTM dan datum WGS 84, dengan tampilan utamanya warna natural. Bentuknya softcopy dengan format yang biasa digunakan yaitu GeoTIFF atau ECW;

3). Data hasil mapping (digitasi dan interpretasi) dari data citra satelit hasil olahan sesuai dengan petunjuk teknis dari KLHK. Bentuk softcopy dengan format hasil mapping yaitu Shapefile (.shp);

4). Pembuatan peta (layout) citra satelit hasil olahan dan juga hasil mapping, pada ukuran kertas dan skala sesuai dengan data citra satelit yang digunakan beserta luasan areal permohonan IPPKH. Peta disajikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy (cetakan).

Informasi utama yang ditampilkan pada peta ialah luasan penutupan dan penggunaan lahan pada areal permohonan IPPKH yang dioverlay terhadap fungsi kawasan hutan.

Contoh tampilan petanya sebagai berikut:

Peta Penggunaan Lahan dari Hasil Interpretasi Data Olahan Citra Satelit - Area Order Mapping

Peta Penggunaan dan Penutupan Lahan Hasil Mapping (Interpretasi dan Digitasi) dari Data Olahan Citra Satelit Pleiades1B pada Bagian Area Order Mapping
(Image Copyright: Airbus Defence & Space; Courtesy of Map Vision Indonesia)

Artikel lain terkait IPPKH, dapat Anda baca pada link berikut:

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)

2). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2012 (Tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha dan atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara)

Terdapat beberapa kegiatan pada berbagai tahapan kegiatan usaha pertambangan yang membutuhkan data citra satelit sebagai indikator ramah lingkungan untuk usaha dan atau kegiatan penambangan terbuka batubara, yakni:

Dari tabel di atas, kita melihat bahwa data citra satelit digunakan terutamanya pada tahapan penambangan dan pasca tambang.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2012 (Tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha dan atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2012 (Tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha dan atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara) - Pasca Tambang

Berhubung luasan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) biasanya tidak terlalu luas (untuk ukuran kenampakan dari citra satelit), oleh karenanya diperlukan data citra satelit dengan resolusi sangat tinggi (setidaknya menggunakan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 50 cm), sehingga terlihat penutupan dan penggunaan lahan pada wilayah IUP dengan kenampakan yang detail.

3). Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 Tahun 2018 (Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik)

Pada bagian: E. Kegiatan | 2) Eksplorasi pendahuluan dan rinci | ii. survei tinjau tertulis:

(a) survei tinjau terdiri dari pemetaan geologi regional (reconnaissance), penginderaan jauh,

pendataan singkapan, dan/atau pemetaan batuan pembawa komoditas tambang. penginderaan jauh sebagaimana dimaksud meliputi: citra satelit, foto udara digital, dan/atau airborne data lainnya; menggunakan resolusi spasial dan spektral masing-masing paling kurang 7 (tujuh) meter dan 5 (lima) saluran (band) serta hasil penginderaan jauh menggunakan data dengan usia paling lama 5 (lima) tahun; dan

(b) hasil kegiatan survei tinjau digambarkan dalam peta dengan skala minimal 1 : 50.000;

Sesuai dengan tulisan yang terdapat pada KepMen di atas, maka salah satu data yang diperlukan pada survei tinjau yakni data penginderaan jauh yang salah satunya dapat berupa citra satelit.

Citra satelit yang diperlukan mempunyai resolusi spasial minimal 7 meter, dengan jumlah 5 saluran (band). Sayangnya tidak terdapat penjelasan lanjut terkait band apa saja yang diperlukan selain tentunya 3 band yang berada pada spektrum gelombang elektromagnetik cahaya tampak (band merah, hijau, dan biru).

Berdasarkan ketentuan tersebut, data citra satelit yang dapat digunakan yaitu:

Data citra satelit hasil olahan nantinya disajikan dalam bentuk peta (layout) dengan skala tampilan minimal 1:50.000.

Selain itu, pada KepMen ini terdapat ketentuan penyediaan peta dari data citra satelit untuk realisasi kemajuan reklamasi (untuk mineral logam dan batu bara), dengan detail sebagai berikut:

Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 Tahun 2018 (Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik)

4). Keputusan Menteri ESDM Nomor 1806 Tahun 2018 (Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya, Serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara)

Pada bagian lampiran KepMen tersebut, terdapat ketentuan sebagai berikut:

Keputusan Menteri ESDM Nomor 1806 Tahun 2018 (Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya, Serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara)

Dari isi lampiran di atas, diperlukan data original/mentah (raw data) citra satelit resolusi tinggi beserta data citra satelit hasil olahan warna natural yang telah terkoreksi secara geometrik.

Untuk citra satelit resolusi tinggi multispektral, kita dapat menggunakan Citra Satelit Pleiades Neo, Citra Satelit Pleiades1A, Citra Satelit Pleiades1B, Citra Satelit WorldView3, Citra Satelit WorldView2, Citra Satelit GeoEye1, Citra Satelit SPOT6, Citra Satelit SPOT7, serta data citra satelit lain yang mempunyai resolusi spasial lebih tinggi atau sama dengan 1 meter, dan setidaknya memiliki minimal 3 band pada spektrum gelombang elektromagnetik cahaya tampak (merah, hijau, biru) untuk dibuat tampilan warna natural.

Penutup

Citra satelit diperoleh dari satelit yang beroperasi di luar angkasa, yang menampilkan kenampakan objekobjek di pernukaan bumi, tanpa harus bersusah payah dan berpeluh keringat untuk menuju lokasi yang ingin kita lihat, dengan harga yang ekonomis, serta cakupan area yang luas untuk sekali perekaman.

Dengan semakin majunya teknologi di bidang penginderan jauh, tingkat resolusi spasial citra satelit semakin detail disertai dengan resolusi spektral yang juga lebih komplit. Hal ini tentu sangat menggembirakan terutama untuk menunjang kepentingan beragam sektor yang terutamanya terkait dengan pengelolaan sebuah lahan, seperti misalnya sektor pertambangan.

Beragam pemanfaatan penggunaan data citra satelit untuk sektor pertambangan antara lain:

  • Perencanaan site plan area pertambangan;
  • Monitoring luasan area tambang yang dimiliki perusahaan dari waktu ke waktu;
  • Perencanaan dan monitoring rehabilitasi lahan hasil kegiatan pertambangan;
  • Monitoring kegiatan pertambangan ilegal dan PETI;
  • Inventarisasi potensi area pertambangan;
  • Monitoring perubahan tutupan lahan di area tambang dan sekitarnya;

Selain berbagai manfaat di atas, citra satelit juga diperlukan dalam regulasi yang dibuat oleh pemerintah untuk kegiatan usaha pertambangan seperti yang dibahas sebelumnya.

Oleh karena itu, bagi Anda dan perusahaan yang saat ini bergerak di bidang usaha pertambangan dapat mempercayakan kebutuhan terkait citra satelit kepada Map Vision Indonesia.

Map Vision Indonesia telah berpengalaman dari tahun 2013 dalam pengadaan dan pengolahan data beragam citra satelit untuk berbagai sektor, termasuk salah satunya sektor pertambangan.

Anda dapat menghubungi kami (Map Vision Indonesia) pada media berikut:

Mobile Phone (WA dan Telepon): 0878 2292 5861

E-mail: mapvisionindonesia@gmail.com atau cs@mapvisionindo.com

%d bloggers like this: