Last Updated on December 21, 2020 by Map Vision Indonesia
Apa itu citra satelit?. Jenis jenis citra satelit apa saja?. Bagaimana cara memperoleh citra satelit?
Hal yang Anda ingin ketahui terkait citra satelit, terutamanya mengenai jenis jenis citra satelit akan kami bahas tuntas pada postingan ini.
Mari kita mulai.
DAPATKAN DATA CITRA SATELIT OPTIS & RADAR BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN KUALITAS TERBAIK DAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION INDONESIA
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON (WA/SMS/TELEPON): 0878 2292 5861 | E-MAIL: mapvisionindonesia@gmail.com
Table of Contents
Citra Satelit
Sebelum kami “membeberkan” jenis jenis citra satelit, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai citra satelit.
Citra satelit merupakan gambaran objek-objek yang terdapat di permukaan dan dekat permukaan bumi, yang direkam oleh sebuah satelit yang beroperasi di luar angkasa, dengan jarak ratusan kilometer di atas paras bumi.
Untuk mengetahui mengapa digunakan frasa citra satelit bukan foto satelit atau gambar satelit, Anda dapat menyimaknya pada link berikut ini: Mengenal Citra Foto dan Citra Non Foto |
Pada postingan kali ini, kami membatasi pembahasan citra satelit yang dihasilkan oleh satelit observasi bumi (sering juga disebut sebagai satelit sumber daya alam) baik yang menggunakan sensor pasif dan aktif.
Satelit Sensor Pasif
Seperti telah disinggung sebelumnya, satelit observasi bumi menggunakan sensor pasif atau aktif dalam menghasilkan citra satelit.
Lalu apa itu satelit dengan sensor pasif dan juga sensor aktif?.
Pembahasannya akan kami uraikan sebagai berikut:
Untuk awal, kami akan membahas satelit dengan sensor pasif.
BACA JUGA:
1). Bagaimana Cara Mendapatkan Citra Satelit?
2). Mahir Mengolah Citra Penginderaan Jauh
3). Memahami Penginderaan Jauh
4). Citra Satelit Resolusi Tinggi (Lengkap yang Disajikan Secara Mendetail)
5). Mengenal Citra Satelit yang Dihasilkan dari Program Satelit SPOT
Berdasarkan sumber tenaganya, satelit dibedakan menjadi satelit yang menggunakan sensor pasif dan aktif.
Satelit dengan sensor pasif menggunakan sumber tenaga eksternal (di luar satelit) sebagai sumber tenaga dalam melakukan perekaman objek-objek di permukaan dan dekat permukaan bumi, dengan sumber tenaga utama yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik yang berasal dari sinar matahari.
Radiasi gelombang elektromagnetik dari matahari akan bergerak menuju permukaan bumi, namun sebelumnya harus “melewati hadangan” atmosfer. Gelombang elektromagnetik yang berhasil lolos dari berbagai ‘hadangan” yang terdapat di atmosfer, selanjutnya bergerak menuju permukaan bumi dan mengenai beragam objek yang terdapat di permukaan dan dekat permukaan bumi. Objek-objek tersebut akan memberikan respon atau interaksi terhadap gelombang elektromagnetik yang mengenainya, yang dapat berupa pantulan, hamburan, atau resapan. Berhubung sensor yang terdapat pada satelit berada ratusan kilometer di atas permukaan bumi, maka interaksi berupa pantulan balik dari objek tersebut menjadi hal utama yang direkam oleh sensor satelit. Oleh karena sensor satelit seolah-olah hanya “menunggu” pantulan dari beragam objek di permukaan dan dekat permukaan bumi dengan mengandalkan sumber tenaga yang berasal dari luar satelit itu sendiri, maka satelit tersebut diistilahkan sebagai satelit dengan sensor pasif.
Dengan bergantung terhadap sumber tenaga utama yang berasal dari matahari, maka satelit dengan sensor pasif hanya dapat melakukan perekaman di suatu wilayah ketika matahari “beroperasi” di wilayah tersebut. Sebagian besar saat ini satelit observasi bumi dengan sensor pasif melakukan perekaman antara pukul 10 pagi hingga 1 siang waktu setempat. Sangat jarang yang melakukan perekaman lebih pagi dari jam 10 pagi atau ketika sore hari.
Selain masalah terbatasnya waktu perekaman, satelit dengan sensor pasif juga terkendala dengan ikut terekamnya objek yang kurang diinginkan hadir dalam citra satelit yang dihasilkannya, seperti keberadaan awan beserta bayangannya. Hal tersebut dikarenakan misi dari satelit sensor pasif sendiri yang mempunyai tujuan utama menghasilkan citra satelit yang menampilkan beragam objek-objek di permukaan bumi yang sesuai dengan kenyataannya, yang membuat satelit sensor pasif utamanya menggunakan gelombang elektromagnetik pada spektrum cahaya tampak (visible) dan spektrum lain yang memiliki panjang gelombang yang pendek. Kombinasi band–band saluran tampak yang sesuai dengan salurannya, akan menghasilkan citra satelit dengan tampilan warna yang sesuai dengan yang terlihat oleh mata normal seorang manusia, seperti birunya laut, awan yang terlihat putih, dan lain sebagainya. Namun penggunaan spektrum elektromagnetik cahaya tampak dan spektrum lain dengan panjang gelombang yang pendek, tidak mampu untuk “menembus” awan serta objek yang tidak diinginkan lainnya seperti kabut, asap, dan lain sebagainya, sehingga jika pada saat perekaman oleh satelit di sebuah wilayah terdapat objek tersebut, maka akan ikut serta muncul pada citra satelit yang dihasilkan.
Keberadaan awan dan juga bayangannya serta objek tidak diinginkan lainnya pada citra satelit, membuat informasi yang dapat diperoleh dari citra satelit menjadi berkurang dan tidak utuh. Apalagi kalau tingkat tutupan objek tersebut sangatlah tinggi.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi pada software–software pengolah data citra satelit serta trik dalam pengolahan citra satelit, membuat kita dapat mereduksi bahkan menghilangkan berbagai objek tidak diinginkan tersebut seperti misalnya penggunaan teknik cloud remove (menghilangkan awan pada sebuah data citra satelit dengan menggunakan data citra satelit lain yang lebih bebas awan), haze reduction (mereduksi keberadaan awan tipis, asap, atau kabut) atau bahkan haze removal (menghilangkan sama sekali keberadaan awan tipis, asap, atau kabut) dengan menggunakan beragam tool yang terdapat pada software pengolah citra satelit.
Citra satelit yang dihasilkan dari satelit sensor pasif merupakan produk citra satelit utama yang kami jual.
Jenis Jenis Citra Satelit dari Satelit Sensor Pasif
Jenis jenis citra satelit dari satelit sensor pasif saat ini dibedakan utamanya berdasarkan tingkat resolusi spasial dan juga resolusi spektralnya.
Jenis Jenis Citra Satelit Berdasarkan Tingkat Resolusi Spasial dan Spektral
Berdasarkan tingkat resolusi spasialnya, citra satelit yang mempunyai resolusi spasial sama atau lebih tinggi dibandingkan 1 meter termasuk dalam jenis citra satelit resolusi sangat tinggi. Untuk citra satelit di atas resolusi spasial tersebut termasuk dalam jenis citra satelit resolusi tinggi, menengah, dan rendah.
Penentuan jenis citra satelit berdasarkan tingkat resolusi spasial sebenarnya sangat dinamis, berhubung tidak ada standardisasi terkait hal ini, serta terus berkembangnya teknologi satelit observasi bumi yang kemungkinan akan menghasilkan citra dalam resolusi spasial lebih tinggi lagi di masa mendatang, sehingga batasan suatu citra masuk dalam suatu jenis citra satelit dapat berubah atau bisa jadi terdapat istilah baru.
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai jenis jenis citra satelit berdasarkan tingkat resolusi spasialnya, Anda dapat membacanya pada artikel berikut ini: Kategori Citra Satelit |
Sedangkan jika berdasarkan tingkat resolusi spektralnya, terdapat jenis citra satelit pankromatik, multispektral, dan hiperspektral.
Citra Satelit Pankromatik
Citra satelit pankromatik merupakan citra satelit yang hanya terdiri dari 1 band saja, biasanya merekam pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dalam rentang panjang gelombang yang cukup lebar, dapat meliputi gelombang merah, biru, hijau, dan sebagian inframerah dekat. Berhubung hanya memiliki 1 band saja, maka tampilan data original citra satelit pankromatik berwarna hitam putih, serta tidak dapat dilakukan proses komposit band untuk menampilkan citra satelit dalam warna natural (natural color)/warna sebenarnya (true color) serta warna semu (false color).
Satelit observasi bumi yang hanya menghasilkan citra pankromatik sangatlah jarang, dan diantara yang sudah sangat langka itu Satelit WorldView-1 merupakan satelit penghasil citra pankromatik yang masih beroperasi dan merekam permukaan bumi pada spektrum pada panjang gelombang 0.45 hingga 0.80 mikrometer (dari spektrum elektromagnetik cahaya tampak hingga inframerah dekat).
Citra Satelit Multispektral
Selanjutnya terdapat citra satelit multispektral. Jika citra satelit pankromatik hanya memiliki 1 band, maka citra satelit multispektral sesuai dengan namanya mempunyai lebih dari 1 band. Saat ini, kebanyakan citra satelit multispektral dengan resolusi spasial sangat tinggi dan tinggi terdiri dari 4 band yang berada pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared), sedangkan untuk citra satelit resolusi menengah dan rendah banyak yang memiliki sampai dengan belasan band.
Pada saat sekarang ini, sebagian besar sensor pada satelit observasi bumi mempunyai satu saluran yang merekam pada panjang gelombang yang lebar untuk menghasilkan citra satelit pankromatik, dan beberapa saluran lain pada panjang gelombang yang lebih sempit untuk menghasilkan citra satelit multispektral.
Citra satelit pankromatik mempunyai resolusi spasial yang lebih tinggi dibandingkan citra satelit multispektral, hal ini dikarenakan jumlah energi yang direkam oleh saluran/band pankromatik pada sensor lebih besar dibandingkan saluran/band lainnya, berhubung range panjang gelombang yang digunakan lebih lebar.
Namun seperti pembahasan sebelumnya, citra satelit pankromatik mempunyai tampilan warna hitam putih karena hanya memiliki 1 band, dan hal tersebut menyulitkan dalam proses interpretasi dan analisis terhadap beragam objek yang terdapat pada citra satelit.
Berbeda dengan citra pankromatik, citra multispektral memiliki resolusi spasial yang lebih rendah yang disebabkan dengan penggunaan beberapa saluran/band dengan panjang gelombang yang sempit, berhubung sebuah sensor satelit memerlukan jumlah energi dalam besaran tertentu, sedangkan jumlah energi pada saluran/band kurang mencukupi, maka saluran/band tersebut mengambil energi pada rentang resolusi spasial yang lebih rendah.
Salah satu tujuan mengapa sebuah sensor satelit dirancang untuk menghasilkan citra dalam dua moda yakni untuk menghemat kapasitas media penyimpanan hasil perekaman oleh satelit.
Sebagai contoh, jika sebuah satelit didesain untuk menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial 50 cm (0.5 m), maka sensor satelit biasanya dirancang untuk menghasilkan citra dalam moda pankromatik dengan resolusi spasial 50 cm (0.5 m) dan moda multispektral yang biasanya mempunyai resolusi spasial 4 kali lebih rendah dibandingkan citra dalam moda pankromatik atau resolusi spasial yang dihasilkan pada range sekitar 2 meter-an.
Untuk mendapatkan keunggulan dari masing-masing citra satelit baik yang moda pankromatik berupa tingkat resolusi spasial yang tinggi dibandingkan moda multispektral, serta moda multispektral yang dapat dibuat dalam tampilan warna natural dan warna semu, maka dapat dilakukan proses pengolahan citra satelit yang bernama Pansharpening atau nama lainnya Fusi.
Untuk penjelasan lebih lengkap terkait Pansharpening atau Fusi, Anda dapat melihatnya pada link berikut ini: Pansharpening |
Lalu apa perbedaannya jika sebuah sensor satelit dapat langsung menghasilkan citra dalam moda multispektral dengan resolusi spasial 50 cm (0.5 m)?. Hal ini berkaitan dengan ukuran file citra satelit multispektral dengan resolusi spasial yang langsung menghasilkan 50 cm (0.5 m) akan sangat jauh lebih besar, apalagi kalau jumlah saluran/band multispektral pada sensor satelit sangatlah banyak, sehingga ruang pada media penyimpanan hasil perekaman akan lebih cepat penuh. Oleh karenanya, sensor satelit biasanya menghasilkan citra satelit dalam moda pankromatik dan multispektral, dan proses selanjutnya yang salah satunya yakni Pansharpening dapat dilakukan setelah data citra satelit hasil perekaman dikirim ke stasiun bumi (ground station).
Citra Satelit Hiperspektral
Sesuai dengan namanya, citra satelit hiperspektral mempunyai jumlah saluran/band yang berlebih. Jika citra satelit multispektral maksimal mempunyai belasan band, maka citra satelit hiperspektral mempunyai ratusan band.
Dengan jumlah band yang sangat banyak, variasi kombinasi band pada citra satelit hiperspektral sangatlah bejibun, dan hal tersebut sangat baik untuk analisis lebih lanjut terutamanya identifikasi sumber daya alam yang terdapat di sebuah wilayah.
Salah satu contoh data citra satelit hiperspektral yakni Citra Satelit Hyperion yang dihasilkan oleh Satelit Earth Observation-1 (EO-1), dengan jumlah band mencapai 242 band, serta resolusi spasial kelas 30 meter.
Contoh Jenis Jenis Citra Satelit dari Satelit Sensor Pasif
Berikut ini uraian beberapa contoh citra satelit yang dihasilkan oleh satelit sensor pasif:
1). WorldView–3
Citra Satelit WorldView-3 merupakan citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi saat ini yang dijual secara komersial.
Citra Satelit WorldView-3 mempunyai resolusi spasial mencapai 31 cm (0.31 m) pada posisi nadir untuk citra satelit moda pankromatik. Sedangkan untuk moda multispektral terdapat 8 band dengan resolusi spasial mencapai 1.24 meter pada keadaan nadir, yakni band merah (red), hijau (green), biru (blue), kuning (yellow), inframerah dekat 1 (near infrared 1), inframerah dekat 2 (near infrared 2), tepi merah (red edge), dan pesisir (coastal). Selain itu dilengkapi juga dengan 8 band pada spektrum gelombang pendek inframerah (Short Wave InfraRed) dengan resolusi spasial 3.7 meter, serta 12 band CAVIS (Clouds, Aerosols, Vapors, Ice, and Snow) dengan resolusi spasial 30 meter.
Saat ini Satelit WorldView-3 yang diluncurkan pada tanggal 13 Agustus 2014, masih beroperasi dan mampu melakukan perekaman permukaan bumi seluas 680 ribu km2 per harinya.
2). WorldView–4
Sebenarnya selain Satelit WorldView-3 yang mampu menghasilkan citra dengan resolusi spasial tertinggi saat ini, terdapat juga Satelit WorldView-4 yang juga mampu menghasilkan citra dengan resolusi spasial yang sama dengan yang dihasilkan Satelit WorldView-3 yakni 31 cm (0.31 m) pada keadaan nadir. Namun sayangnya satelit yang diluncurkan pada tanggal 11 November 2016 ini, mengalami kerusakan pada bagian Control Moment Gyros (“CMGs”) pada akhir tahun 2018, yang membuatnya harus berhenti beroperasi.
Satelit yang diperkirakan memakan biaya pembuatan lebih dari 650 juta USD ini, sebenarnya boleh dibilang “kalah canggih” dibandingkan Satelit WorldView-4, terutama jika dilihat dari jumlah saluran/band . Citra satelit WorldView-4 “hanya” terdiri dari 1 band pankromatk dan 4 band multispektral, padahal satelit ini merupakan satelit paling akhir yang diluncurkan perusahaan Maxar Technologies selaku pemilik Satelit WorldView-3 dan juga WorldView-4.
“Kalah” canggihnya Satelit WorldView-4 sendiri dibandingkan Satelit WorldView-3 tidak terlepas dari sejarah pembuatan kedua satelit.
Nama awal dari Satelit WorldView-4 yaitu Satelit GeoEye-2, hal ini dikarenakan mulanya Satelit WorldView-4 dibuat oleh perusahaan GeoEye, Inc., sebagai pesaing bagi Satelit WorldView-3 yang waktu itu sedang dipersiapkan oleh perusahaan DigitalGlobe. Namun ternyata pada tahun 2013, GeoEye, Inc., dengan DigitalGlobe bersepakat untuk melakukan merger, dengan nama perusahaan hasil merger tetap menggunakan nama DigitalGlobe. Oleh karenanya, untuk kepentingan branding perusahaan, nama Satelit GeoEye-2 diubah menjadi Satelit WorldView-4 dan diluncurkan setelah Satelit WorldView-3. Pada tahun 2017, perusahaan asal Kanada, MDA (MacDonald, Dettwiler and Associates), melakukan akuisisi terhadap perusahaan DigitalGlobe, dan mengganti nama perusahaannya menjadi Maxar Technologies. Sehingga saat ini Satelit WorldView-3, WorldView-4, serta satelit-satelit observasi bumi lain penghasil citra dengan resolusi spasial sangat tinggi milik DigitalGlobe beralih menjadi milik perusahaan Maxar Technologies.
3). Ikonos
Citra Satelit Ikonos merupakan citra satelit pertama yang digolongkan sebagai citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi.
Citra Satelit Ikonos memiliki resolusi spasial mencapai 80 cm (0.8 m) pada posisi nadir untuk moda pankromatik dengan 1 band, dan resolusi spasial mencapai 3.28 m pada keadaan nadir untuk moda multispektral yang terdiri dari 4 band pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared).
Satelit Ikonos sendiri mulai meluncur ke angkasa pada tanggal 24 September 1999, dan berhenti beroperasi hampir 16 tahun kemudian, atau tepatnya pada tanggal 31 Maret 2015. Oleh karena itu, data Citra Satelit Ikonos yang tersedia merupakan data arsip dari akhir September 1999 sampai dengan awal tahun 2015.
4). Pleiades–1A & Pleiades–1B
Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B merupakan citra satelit yang memiliki resolusi spasial kelas 50 cm (yang merupakan hasil resampling dari resolusi spasial 60 – 70 cm (tergantung sudut perekaman satelit)) untuk moda pankromatik 1 band, dan resolusi spasial kelas 2 meter (yang merupakan hasil resampling dari resolusi spasial 2.4 – 2.8 m (tergantung sudut perekaman)) untuk moda multispektral 4 band pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared).
Saat ini penggunaan Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B mulai populer di seluruh belahan bumi, yang termasuk juga di Indonesia, dan menjadi ancaman nyata bagi produk citra satelit resolusi spasial sangat tinggi dari Maxar Technologies yang selama ini mendominasi pasar. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
- Kenampakan Citra Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B yang masih cukup tajam pada skala maksimal yang lazim pada citra satelit dengan kelas resolusi spasial 50 cm (0.5 m) yakni pada skala 1:2,500 hingga 1:2,000, walau resolusi spasialnya merupakan hasil resampling;
- Faktor lainnya yakni harga pembelian data arsip original Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B yang lebih rendah dibandingkan harga jual data arsip original citra satelit dari perusahaan Maxar Technologies. Selain itu tidak ada klasifikasi data arsip dalam artian semua data yang telah direkam dan sudah berada pada database, termasuk dalam data arsip dengan harga yang sama, sehingga walaupun data citra satelit tersebut baru direkam kemarin, harganya sudah termasuk dalam data arsip, sedangkan perusahaan Maxar Technologies memberlakukan kategorisasi terhadap data arsip berdasarkan tanggal perekamannya, dimana untuk data citra satelit yang mempunyai tanggal perekaman kurang dari 90 hari dari hari ini termasuk dalam kategori fresh archive atau update, sedangkan jika lebih dari 90 hari dari hari ini termasuk dalam kategori archive (arsip), dengan harga data original fresh archive lebih tinggi dibandingkan archive.;
- Faktor berikutnya yaitu biasanya untuk pembelian Citra Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B, pihak vendor (Airbus Defence & Space) memberi tambahan luasan area (buffer) secara gratis, jadi misalnya jika kita order data arsip original Citra Satelit Pleiades-1A dengan luasan 50 km2, maka nantinya kita akan mendapatkannya lebih dari 50 km2, sedangkan jika membeli produk citra satelit dari perusahaan Maxar Technologies, tidak ada kebijakan penambahan luasan area yang diorder secara gratis;
- Faktor terakhir yakni kecepatan data tersedia, jadi jika kita memesan data arsip original Citra Satelit Pleiades-1A atau Pleiades-1B atau produk citra satelit lain dari perusahaan Airbus Defence & Space, data dapat tersedia bahkan dalam hitungan jam setelah kita order, dan paling lambatnya sekitar 3 hari setelah kita order.
Satelit Pleiades-1A mulai mengangkasa pada tanggal 16 Desember 2011 dan hingga saat ini masih beroperasi, oleh karenanya data Citra Satelit Pleiades-1A mulai tersedia setelah tanggal peluncuran hingga hari ini. Sedangkan untuk Citra Satelit Pleiades-1B mulai tersedia setelah tanggal 2 Desember 2012 sampai saat ini.
Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B merupakan satelit “kembar” karena mempunyai spesifikasi yang sama, berada pada orbit yang sama walau terpisah jarak 180 derajat, dan menghasilkan citra satelit dengan tingkat resolusi spasial dan spektral yang sama.
5). SPOT–6 & SPOT–7
Citra satelit lain yang juga mulai populer penggunaannya yakni Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 yang juga berasal dari perusahaan asal Prancis, Airbus Defence & Space. Kedua citra satelit tersebut sekarang banyak digunakan sebagai alternatif jika citra satelit resolusi sangat tinggi (resolusi spasial sama atau lebih tinggi dari 1 meter) tidak tersedia atau tidak sesuai spesifikasi yang diinginkan (tingkat tutupan awan, sudut perekaman, tanggal perekaman, dan lain sebagainya), atau karena budget-nya tidak mencukupi untuk membeli citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi.
Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 memiliki resolusi spasial kelas 1.5 meter untuk moda pankromatik yang terdiri dari 1 band, serta resolusi spasial kelas 6 meter untuk moda multispektral yang terdiri dari 4 band yang berada pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared).
Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan bagian dari Program SPOT yang telah dimulai sejak tahun 1986, dan merupakan salah satu program satelit observasi bumi paling kesohor dan legendaris. Hal menarik dari kedua satelit tersebut adalah penyematan band biru pada sensor satelit, sehingga Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 dapat dibuat dalam tampilan warna natural (natural color), sesuatu yang tidak terdapat pada Satelit SPOT-1 hingga SPOT-5.
Sama halnya dengan Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B, Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan satelit “kembar” yang berada pada orbit yang sama namun berjarak 180 derajat satu sama lainnya, dengan spesifikasi satelit yang sama.
Satelit SPOT-6 bertindak sebagai “kakak” karena meluncur duluan, tepatnya pada tanggal 9 September 2012, yang bertempat di Shatish Dawan Space Center, India, menggunakan roket pengangkut Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV). Hampir berselang 2 tahun kemudian, “sang adik” yakni Satelit SPOT-6 mulai mengangkasa per tanggal 30 Juni 2014, di tempat peluncuran yang sama dengan “sang kakak”. Oleh karenanya ketersediaan data Citra Satelit SPOT-6 dimulai dari September 2012 hingga saat ini, sedangkan Citra Satelit SPOT-7 dari Juni 2014 sampai sekarang.
6). Landsat 8
Bagi yang berkecimpung dalam dunia pemetaan, nampaknya tidak ada yang tidak mengenal Program Satelit Landsat. Inilah program satelit observasi bumi tersohor dan paling legendaris, karena merupakan program awal satelit observasi bumi, yang dimulai dari tahun 1965. Hingga saat ini, sudah 8 satelit program Landsat yang telah diluncurkan, dengan 2 diantaranya masih beroperasi yakni Satelit Landsat 8 serta Landsat 7. Dan rencananya, pada tahun 2021 mendatang, satelit generasi terbaru dari Program Satelit Landsat yang diberi nama Satelit Landsat 9, akan mulai mengangkasa.
Satelit terakhir dari Program Satelit Landsat yang diluncurkan yaitu Satelit Landsat 8. Satelit ini mulai bertugas merekam kenampakan permukaan dan dekat permukaan bumi sejak tahun 2013 silam.
Satelit Landsat 8 terdiri dari 2 sensor yaitu Operational Land Manager (OLI) yang terdiri dari 11 band , dengan resolusi spasial 30 meter dan 15 meter, dan Thermal InfraRed Sensors (TIRS) yang terdiri dari 2 band, dengan resolusi spasial 100 meter.
Pada level tertentu, USGS yang merupakan Badan Geologi Pemerintah Amerika Serikat, dan bertindak sebagai pengelola data Program Satelit Landsat, menggratiskan data original Citra Satelit Landsat, termasuk Citra Satelit Landsat 8. Oleh karenanya, bagi Anda yang membutuhkan data Citra Satelit Landsat 8 hasil olahan, kami dari Map Vision hanya mengenakan biaya pengolahannya saja (tanpa biaya pembelian data original).
7). Landsat 7
Bersama dengan Satelit Landsat 8, Satelit Landsat 7 merupakan satelit dari Program Satelit Landsat yang masih beroperasi.
Satelit Landsat 7 meluncur ke ruang angkasa pada tanggal 15 April 1999, yang bertempat di Pangkalan Angkata Udara Amerika Serikat di Vanderberg, California, Amerika Serikat, menggunakan roket pengangkut Delta II 7920.
Satelit Landsat 7 menggunakan sensor bernama Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) yang merupakan pengembangan dari sensor ETM yang digunakan pada Satelit Landsat 4 dan Landsat 5. Sensor ETM+ terdiri dari 8 band dengan resolusi spasial 60 meter, 30 meter, dan yang tertinggi 15 meter untuk band pankromatik.
Namun sayangnya pada tanggal 31 Mei 2003, Sensor ETM+ mengalami kerusakan pada bagian Scan Line Corrector (SLC), yang membuat terdapat bagian yang tidak terekam oleh satelit ketika proses perekaman berlangsung. Hal tersebut menyebabkan terdapatnya bagian berwarna hitam pada Citra Satelit Landsat 7, biasanya berada pada bagian tepi kiri dan kanan citra satelit hingga menuju bagian tengah citra satelit.
Untuk citra satelit yang diperoleh semenjak SLC mengalami kerusakan (mulai dari tanggal 31 Mei 2003 hingga saat ini), maka pihak USGS memberi nama data Citra Satelit Landsat 7 sebagai data Citra Satelit Landsat 7 SLC OFF, dan sebelum kerusakan diberi nama SLC ON (dari tanggal 15 April 1999 hingga 30 Mei 2003).
Salah satu cara mengatasi bagian berwarna hitam pada Citra Satelit Landsat 7, dapat dilakukan teknik pengolahan yang bernama Fill Gap. Konsep teknik Fill Gap yaitu “menambal” area Citra Satelit Landsat 7 SLC OFF menggunakan Citra Satelit Landsat 7 SLC ON (teknik ini hampir sama dengan teknik cloud remove).
Contoh preview hasil pengolahan Citra Satelit Landsat 7 dengan menggunakan teknik Fill Gap, dapat Anda lihat berikut ini:
8). GeoEye–1
Kalau kami dari Map Vision Indonesia ditanya citra satelit apa yang memiliki tampilan warna yang paling menarik?, maka kami akan menjawab GeoEye-1. Ya tampilan warna natural dan warna semu hasil olahan Citra Satelit GeoEye-1 menurut kami yang terbaik dari segi visual untuk citra satelit yang berada pada resolusi spasial kelas 50 cm (0.5 m).
Citra Satelit GeoEye-1, seperti halnya dengan kebanyakan citra satelit resolusi spasial sangat tinggi lainnya, terdiri dari moda pankromatik 1 band dengan resolusi spasial dapat menyentuh 46 cm (0.46 m) pada posisi nadir, dan moda multispektral 4 band VNIR dengan resolusi spasial mencapai 1.84 meter dalam posisi nadir.
Sama halnya dengan Satelit GeoEye-2 yang kemudian berubah nama menjadi WorldView-4, Satelit GeoEye-1 dan juga Ikonos awal mulanya dimiliki oleh perusahaan GeoEye, Inc., sebelum akhirnya merger dengan DigitalGlobe hingga kemudian diakuisisi oleh perusahaan Maxar Technologies.
Satelit GeoEye-1 hingga saat ini masih beroperasi sejak diluncurkan pada tanggal 6 September 2008. Oleh karenanya ketersediaan data Citra Satelit GeoEye-1 bermula dari September 2008 sampai dengan sekarang.
9). WorldView–1
Sepengetahuan kami, Citra Satelit WorldView-1 saat ini merupakan satu-satunya citra satelit yang hanya terdiri dari 1 band pankromatik saja, sehingga tampilan data original Citra Satelit WorldView-1 berwarna hitam putih.
1 band pankromatik Citra Satelit WorldView-1 berada pada range panjang gelombang 450 – 800 nm, yang termasuk ke dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared), dengan resolusi spasial kelas 50 cm (0.5 m).
Satelit WorldView-1 mulai mengangkasa pada tanggal 18 September 2007, dan hingga saat ini masih beroperasi.
10). Hyperion
Jika sebelumnya telah dibahas citra satelit multispektral serta pankromatik, maka berikut ini kami bahas mengenai Citra Satelit Hyperion yang termasuk ke dalam citra satelit hiperspektral.
Citra Satelit Hyperion dihasilkan dari Satelit Earth Observation-1 (EO-1) yang meluncur pada tanggal 21 November 2000.
Citra Satelit Hyperion terdiri dari 242 band, dengan resolusi spasial 30 meter. Dengan jumlah band mencapai ratusan, kita dapat melakukan kombinasi band yang luar biasa banyak untuk menghasilkan tampilan warna natural dan warna semu, yang memudahkan dalam melakukan interpretasi dan analisis untuk berbagai kepentingan kita.
***
Untuk contoh lain data citra satelit hasil perekaman satelit dengan sensor pasif, terdapat Citra Satelit QuickBird, KOMPSAT-3A, KOMPSAT-3, KOMPSAT-2, Landsat 5, ASTER, Sentinel-2A, Sentinel-2B, serta banyak lainnya.
Satelit Sensor Aktif
Sebelumnya telah dibahas mengenai satelit dengan sensor pasif, sekarang mari kita beranjak ke dalam pembahasan satelit dengan sensor aktif.
Berbeda dengan satelit sensor pasif, satelit sensor aktif mempunyai sumber tenaga sendiri. Menggunakan sumber tenaga sendiri, perekaman dapat dilakukan kapan saja, termasuk pada malam hari. Selain itu, melalui pemanfaatan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih panjang dibanding yang digunakan pada satelit sensor pasif, tampilan citra satelit dari satelit sensor aktif dapat bebas dari awan, karena gelombang elektromagnetik yang digunakan dapat “menembus awan”. Saat ini sebagian besar satelit sensor aktif menggunakan gelombang mikro, melalui penggunaan teknologi Radio Detection and Ranging (RADAR).
Walau mempunyai kelebihan dibandingkan satelit sensor pasif, kebanyakan misi utama dari satelit sensor aktif yakni untuk menghasilkan data topografi melalui proses pengolahan lebih lanjut.
Dan berikut ini beberapa contoh data citra satelit yang dihasilkan dari satelit sensor aktif:
1). TerraSAR–X dan TanDEM-X
Salah satu pengembangan dari teknologi RADAR ialah Synthetic Aperture Radar (SAR). SAR merekam permukaan bumi dalam kenampakan dua dan tiga dimensi, dengan teknik perekaman menyamping, yang ditempatkan pada sebuah wahana yang bergerak seperti satelit atau pesawat terbang. Dinamakan sintetik (synthetic) karena tidak menggunakan antena panjang secara spesifik seperti pada Real Aperture Radar (RAR).
Contoh satelit yang menggunakan teknologi SAR ini diantaranya yakni satelit kembar TerraSAR-X dan TanDEM-X dari perusahaan Airbus Defence & Space.
Terdapat 6 mode citra satelit yang dihasilkan oleh satelit identik tersebut yaitu: Staring SpotLight (resolusi spasial dapat mencapai 25 cm);
- High Resolution SpotLight (resolusi spasial dapat mencapai 1 meter);
- SpotLight (resolusi spasial dapat mencapai 2 meter);
- StripMap (resolusi spasial dapat mencapai 3 meter);
- ScanSAR (resolusi spasial dapat mencapai 18.5 meter) dan
- Wide ScanSAR (resolusi spasial dapat mencapai 40 meter).
Selain untuk menghasilkan citra satelit bebas awan, Satelit TerraSAR-X dan TanDEM-X mempunyai tujuan memperoleh data turunan dari hasil pengolahan citra satelit berupa data topografi yang produknya diberi nama WorldDEM yang mempunyai resolusi spasial 12 meter.
2). ALOS PALSAR
Satelit Advanced Land Observing Satellite (ALOS) merupakan satelit yang unik, karena pada satelit tersebut tersemat dua sensor pasif yaitu Advanced Visible and Near–Infrared Radiometer – 2 (AVNIR – 2) dan Panchromatic Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM), serta satu sensor aktif yakni Phased Array L–band Synthetic Aperture Radar (PALSAR). Bisa dibilang Satelit ALOS merupakan satelit hybrid.
Satelit yang juga menggunakan teknologi SAR ini, mempunyai 4 mode data, yaitu:
- Fine resolution Beam (FB): mode ini terdiri dari 18 pilihan dalam kisaran sudut perekaman antara 9.9 derajat dan 58 derajat, masing-masing dengan 4 pilihan polarisasi yaitu polarisasi tunggal HH (Horizontal Horizontal) atau VV (Vertikal Vertikal), dan polarisasi ganda HH + HV atau VV + VH. Bandwith pada polarisasi tunggal yakni 28 MHz dan 14 MHz pada polarisasi ganda;
- Polarimetrik 14 MHz: menyediakan matriks hamburan quad–polarization yang penuh (HH+HV+VH+VV), dengan 12 sudut perekaman antara 9.7 derajat dan 26.2 derajat;
- ScanSAR: tersedia hanya pada satu polarisasi (HH atau VV);
- Transmisi langsung (atau downlink): merupakan mode cadangan kontingensi yang memungkinkan downlink dari data mode FB ke stasiun bumi lokal jika Data Relay and Test Satellite (DRTS) menjadi tidak tersedia.
Antena yang dimiliki oleh sensor PALSAR berukuran 8.9 m x 3.1 m (panjang x lebar), dan terdiri dari 80 modul pengirim (transmitting)/penerima (receiving) yang dipasang di bagian belakang panel antena.
3). Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR)
IFSAR merupakan teknik perekaman sebuah wilayah menggunakan sensor aktif RADAR dari dua posisi atau waktu yang berbeda, sehingga diperoleh informasi tiga dimensi dari wilayah tersebut.
Untuk sensor radar yang ditempatkan pada dua posisi berbeda dalam satu wahana yang terpisah dalam beberapa meter disebut dengan metode single–pass interferometry. Salah satu contoh data hasil penggunaan teknik single–pass interferometry yang terkenal yaitu data Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) dengan resolusi spasial mencapai 30 meter, yang saat ini dapat kita peroleh secara gratis.
Sedangkan untuk perekaman sebuah wilayah menggunakan satu sistem RADAR dari dua posisi orbit yang berbeda sehingga proses perekamannya berbeda hitungan hari disebut dengan metode multiple–pass interferometry.
Data IFSAR komersial yang saat ini paling banyak dikenal yaitu IFSAR dari perusahaan InterMap dengan resolusi spasial 1 meter, 5 meter, 6 meter, dan 10 meter, dengan akurasi vertikal dapat mencapai 1 meter dan akurasi horizontal mencapai 3.5 meter.
Manfaat Citra Satelit
Hampir semua bidang saat ini dapat memperoleh manfaat yang sangat besar dengan menggunakan citra satelit, terlebih pada saat sekarang sudah tersedia data citra satelit resolusi sangat tinggi yang bahkan dari hasil pengolahannya dapat diperoleh citra satelit dengan resolusi spasial mendekati resolusi spasial foto udara yakni data Citra Satelit High Definition (HD) 15 cm dari perusahaan Maxar Technologies yang merupakan hasil pengolahan dari data citra satelit dengan resolusi spasial kelas 30 cm (0.3 m).
Oleh karenanya, keberadaan citra satelit dengan resolusi spasial sangat tinggi dapat mempermudah orang untuk melakukan interpretasi objek-objek yang terdapat pada citra satelit tersebut, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk beragam kepentingan yang kita miliki.
Dan berikut ini beberapa manfaat penggunaan citra satelit pada beberapa bidang:
-
Bidang Pertambangan dan Energi:
- Digunakan sebagai data dalam Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) atau perizinan lainnya;
- Salah satu data yang digunakan dalam laporan area tambang yang dimiliki sebuah perusahaan kepada kementrian terkait;
- Perencanaan site plan area pertambangan;
- Monitoring luasan area tambang yang dimiliki perusahaan dari waktu ke waktu;
- Perencanaan dan monitoring rehabilitasi lahan hasil kegiatan pertambangan;
- Monitoring kegiatan pertambangan ilegal dan PETI;
- Inventarisasi potensi area pertambangan;
- Monitoring perubahan tutupan lahan di area tambang dan sekitarnya;
- Inventarisasi potensi dan perencanaan lokasi pembangkit listrik tenaga mikrohidro.
-
Bidang Pertanian dan Perkebunan:
- Melakukan observasi pada lahan yang luas, petak tanaman hingga tiap individu tanaman;
- Melakukan identifikasi jenis tanaman dan kondisi tanah, potensi panen, efektifitas pengairan, kesuburan dan penyakit tanaman, kandungan air;
- Secara berkala (time series) dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan tanaman, laju perubahan jenis tanaman, perubahan atau alih fungsi lahan pertanian;
- Menghitung jumlah pohon dan volume hasil panen komoditi perkebunan;
- Perencanaan pola tanam perkebunan;
- Perencanaan peremajaan tanaman perkebunan.
-
Bidang Kehutanan:
- Monitoring batas-batas fungsi kawasan hutan;
- Identifikasi wilayah habitat satwa;
- Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat illegal loging;
- Inventarisasi potensi sumber daya hutan;
- Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan;
- Perencanaan lokasi reboisasi.
-
Bagi Unit Pengelolaan Hutan HTI:
- Perencanaan pembagian areal usaha ke dalam bentuk blok, petak dan anak petak;
- Perencanaan lokasi camp, lokasi menara pengawas, lokasi persemaian, dan lain-lain;
- Monitoring pertumbuhan tanaman dan areal siap panen.
-
Bagi Unit Pengelolaan Hutan HPH:
- Inventarisasi luas lahan HPH;
- Menghitung potensi volume kayu;
- Perencanaan dan pembuatan site plan;
- Perencanaan jalur transportasi loging;
- Mengidentifikasi batas kawasan;
- Evaluasi laju produksi.
Cara Mendapatkan Citra Satelit
Untuk citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi seluruhnya merupakan citra satelit yang dijual secara komersial untuk semua kalangan baik itu kepentingan negara, perusahaan, bahkan perorangan sekalipun.
Sedangkan untuk citra satelit dengan resolusi spasial menengah, sebagian besar pada level tertentu data originalnya dapat diperoleh secara cuma-cuma, yang oleh karenanya kami dari Map Vision Indonesia hanya mengenakan biaya pengolahan bagi Anda yang menginginkan data hasil olahan citra satelit resolusi menengah.
Untuk mendapatkan data original citra satelit yang dapat disertai pengolahannya, Anda dapat memperolehnya di Map Vision Indonesia. Kami telah berpengalaman mengerjakan ratusan projek sejak tahun 2013, terhadap beragam data citra satelit.
Alur perolehan citra satelit di Map Vision Indonesia adalah sebagai berikut:
1). Siapkan terlebih dahulu area order untuk pembelian data original citra satelit yang baiknya berupa data vektor dalam format Shapefile (.shp), atau Google Earth files (.kml atau .kmz), atau CAD files (.dwg atau .dxf), atau titik-titik koordinat area order, yang mempunyai sistem proyeksi Geodetik/UTM dengan datum WGS 84. Jika misalkan Anda belum punya area order dan bingung cara membuat area order, Anda dapat konsultasi dengan kami dalam pembuatan area order pada nomor berikut: 0857 2016 4865 atau 0878 2292 5861 (WA/SMS/Telepon), atau dapat juga melalui e-mail: mapvisionindonesia@gmail.com atau cs@mapvisionindo.com
2). Selain mengirimkan area order, informasikan juga kepada kami tingkat resolusi spasial dan spektral yang hendak diorder beserta spesifikasi lain yang diinginkan seperti tingkat tutupan awan, sudut perekaman, range tanggal perekaman, serta hal lainnya yang terkait dengan pembelian data original dan atau yang disertai pengolahannya;
3). Selanjutnya, kami akan melakukan pengecekan ketersediaan data citra satelit pada area order sesuai dengan spesifikasi yang Anda inginkan;
4). Jika datanya tersedia, kami akan mengirimkan quicklook/preview citra satelit yang meng-cover area order beserta proposal penawaran harganya;
5). Jika Anda sudah setuju, silahkan Anda melakukan pembayaran DP sesuai dengan yang tertera pada proposal penawaran harganya;
6). Harap menunggu untuk kedatangan data originalnya dengan minimal 1 hari sampai maksimal 2 minggu (tergantung data citra satelit yang diorder). Jika dilakukan pengolahan, maka harap ditunggu juga untuk proses pengolahannya, dengan estimasi waktu pengolahan akan disampaikan pada proposal penawaran harga;
7). Jika data original dan atau data olahan sudah siap kirim, kami akan mengirimkan preview data original dan data citra satelit hasil olahan beserta invoice untuk sisa pembayarannya. Maksimal 3 hari pelunasan harus sudah dilakukan sesudah kami mengirimkan invoice. Pelunasan dapat dilakukan secara langsung atau Cash on Delivery (CoD) di Kota Bandung dan sekitarnya, atau transfer. Setelah pelunasan dilakukan kami akan menyerahkan data original dan atau beserta data pengolahannya.
Jika masih terdapat pertanyaan atau ingin konsultasi terkait citra satelit dan cara memperolehnya, silahkan menghubungi kami pada nomor berikut: 0857 2016 4965 atau 0878 2292 5861 (WA/SMS/Telepon), dan dapat juga via e–mail di: mapvisionindonesia@gmail.com atau cs@mapvisionindo.com
***
Dari postingan kali ini, seandainya Anda ingin order citra satelit, citra satelit apa yang ingin Anda miliki? mengapa?, dan untuk wilayah mana?. Sampaikan di kolom komentar ya.
Jika Anda merasa postingan ini bermanfaat, silahkan share di media sosial Anda. Semoga kawan-kawan Anda mendapatkan juga manfaatnya.
Sampai jumpa pada postingan kami berikutnya, dan semoga dapat bekerja sama di masa mendatang.
POSTINGAN MENARIK LAINNYA:
1). [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 3.x
2). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS
3). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps
4). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS