Last Updated on June 25, 2022 by Map Vision Indonesia
Table of Contents
Pengertian Garis Kontur
Garis kontur adalah garis khayal kontinyu di permukaan bumi yang menghubungkan titik–titik dengan ketinggian yang sama.
Disebut dengan garis khayal, karena garis kontur tersebut memang tidak berwujud secara nyata, dan dibuat untuk menggambarkan bentuk permukaan tanah beserta ketinggiannya.
Garis kontur seringkali juga disebut dengan garis lengkung horizontal, garis tinggi, dan juga garis tranches.
Pada penggunaan yang lebih luas, garis kontur tidak hanya digunakan untuk menunjukkan kesamaan tinggi suatu titik pada sebuah wilayah, namun dapat berupa berbagai informasi lain seperti nilai suhu, curah hujan, kelembaban udara, tekanan udara, frekuensi terjadinya kebakaran, dan lain sebagainya, yang dibuat berdasarkan kesamaan nilai yang terkandung pada piksel-piksel penyusun data yang digunakan. Oleh karenanya kontur seringkali diasosiasikan dengan isoline yaitu garis yang menghubungkan kesamaan gejala geografis pada sebuah wilayah.
Gambar 1 di atas memperlihatkan contoh tampilan garis kontur, dimana titik-titik dengan ketinggian yang sama dihubungkan oleh sebuah garis. Jadi sepanjang garis tersebut dipastikan titik-titik pada lokasi tersebut mempunyai ketinggian yang sama.
BACA JUGA:
1). Cara Praktis Menghitung Luasan Kelas Kelas Kemiringan Lereng
3). Bagaimana Cara Memperoleh Citra Satelit?
4). Mengenal Penginderaan Jauh
5). 5 Citra Satelit yang Banyak Digunakan untuk Persyaratan IPPKH
Pembuatan serta pemahaman terhadap garis kontur bermanfaat untuk mengetahui kondisi permukaan sebuah wilayah dalam tampilan 2 dimensi, sehingga kita dapat melakukan analisis apakah di wilayah tersebut merupakan wilayah yang landai, terjal, curam, sehingga dapat diperkirakan apakah di wilayah tersebut merupakan lembah, bukit, terjadi depresi pada permukaan tanah, serta beragam pemanfaatan lainnya.
Sifat Garis Kontur
Penggambaran garis kontur sebuah wilayah mempunyai sifat sebagai berikut:
1). Berbentuk kurva tertutup
Seperti dibahas sebelumnya, garis kontur merupakan garis khayal yang menghubungkan lokasi-lokasi yang mempunyai ketinggian yang sama. Dengan demikian, garis kontur akan berbentuk sebuah kurva tertutup, karena garis akan berakhir dan menutup pada titik awal pembuatan garis kontur.
Sebagai catatan, jika garis kontur ditampilkan pada sebuah peta, dimana ukuran bingkai peta lebih kecil dari keseluruhan garis kontur, maka terdapat kemungkinan pada bagian tepi bingkai peta akan terpotong, sehingga bentuknya seperti tidak tertutup.
2). Tidak bercabang dan berpotongan
Sebuah garis kontur tidak akan bercabang dan berpotongan satu sama lain dengan garis kontur lainnya, karena jika itu terjadi maka pada titik lokasi tersebut mempunyai lebih dari satu nilai ketinggian, terkecuali untuk tebing overhang atau tebing yang menggantung (overhanging cliff). Oleh karena itu, bentuk garis kontur akan saling melingkari satu sama lain dengan garis kontur lainnya.
Sebagai contoh, terlihat pada Gambar 3 di atas, garis kontur terluar dengan ketinggian 200 meter melingkari garis kontur di dalamnya yang mempunyai ketinggian 210 meter. Sedangkan garis kontur lain juga melingkari garis kontur terluar.
Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi kontur yang mempunyai ketinggian lebih tinggi, terkecuali jika di area tersebut terjadi depresi tanah.
3). Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai
4). Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan
5). Tidak tergambar jika melewati bangunan
Pada pembahasan ini, garis kontur menunjukkan kesamaan tinggi permukaan bumi tanpa terdapat sebuah objek yang berada di atasnya (bare earth), baik itu objek alami seperti pohon ataupun objek buatan seperti bangunan. Oleh karenanya, garis kontur tidak akan tergambar jika melewati bangunan.
Namun data kontur yang terbuat dari hasil pengolahan data Digital Surface Model (DSM) dimana pada data tersebut masih mengikutsertakan ketinggian berbagai objek di atas permukaan bumi, maka nilai ketinggian pada garis kontur yang dihasilkan merupakan campuran antara ketinggian permukaan bumi dengan obek yang berada di atasnya.
Untuk mendapatkan nilai ketinggian permukaan bumi yang sebenarnya, maka diperlukan pengolahan lebih lanjut terhadap data DSM tersebut menjadi data Digital Terrain Model (DTM), yang menghilangkan beragam objek di atas permukaan bumi, sehingga nilai yang diperoleh hanya ketinggian permukaan tanahnya saja.
6). Garis kontur yang renggang menunjukkan keadaan permukaan yang datar atau landai dan yang lebih rapat menunjukkan keadaan permukaan yang terjal
Garis kontur merupakan sebuah garis yang menunjukkan ketinggian yang sama, oleh karenanya jika sebuah garis kontur mempunyai posisi yang renggang dengan posisi garis kontur lainnya, maka tentunya tidak terdapat perbedaan ketinggian yang gradual, sehingga bisa diperkirakan bahwa area tersebut mempunyai permukaan yang datar atau landai.
Sebaliknya, jika posisi garis kontur yang satu dengan yang lainnya rapat, maka terdapat perbedaan ketinggian yang gradual di sebuah wilayah. Oleh karenanya, dengan melihat kenampakan garis kontur tersebut, dapat diperkirakan bahwa area tersebut mempunyai permukaan yang terjal.
Pada Gambar 7 di atas, terlihat perbedaan tingkat kerapatan garis kontur pada sebuah area.
Bagian sebelah kanan pada gambar, tingkat kerapatannya rendah, yang dapat kita perkirakan merupakan area dengan permukaan yang datar atau landai, sebaliknya pada bagian sebelah kiri yang sangat rapat, yang bisa kita perkirakan sebagai area dengan permukaan yang terjal.
Untuk membuktikannya, mari kita lihat tampilan 3D data olahan citra satelit pada area tersebut, seperti diperlihatkan gambar di bawah ini:
Setelah dilakukan pengecekan menggunakan data olahan Citra Satelit SPOT-7 warna natural, pada area dengan garis kontur yang rapat, merupakan sebuah bukit, sedangkan pada area dengan garis kontur yang renggang merupakan sebuah perkebunan kelapa sawit.
7). Rangkaian garis kontur yang seolah membentuk huruf “U” menandakan area punggungan gunung, sedangkan jika membentuk huruf “V” menandakan sebuah jurang
Bentuk garis kontur punggungan gunung (Ridge line) mempunyai bentuk seperti huruf U dengan bentuk permukaan yang landai (Valley line), sedangkan jurang berbentuk seperti huruf V dengan bentuk permukaan yang terjal.
Interval Kontur
Interval kontur merupakan jarak vertikal antar garis kontur yang berdekatan dengan nilai beda ketinggiannya dibuat tetap. Sebagai contoh, perhatikan gambar di bawah ini:
Nilai ketinggian sesuai tertera pada garis kontur mulai dari terluar sampai terdalam berturut-turut adalah 200 m, 210 m, 220 m, 230 m, dan 240 m. Dari nilai tersebut, kita ketahui bahwa beda ketinggian antara dua garis kontur yang berdekatan yakni 10 meter, dengan interval juga dibuat tetap antar garis kontur tersebut yakni 10 meter.
Penentuan interval sebuah garis kontur sebenarnya bebas tergantung orang yang ingin membuatnya, terutama jika pembuatan kontur diperoleh dari hasil pengolahan data DEM. Apakah hendak dibuat per 10 meter, 5 meter, atau bahkan 1 meter, namun yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa akurat nilai ketinggian tersebut?.
Sebagai contoh, data WorldDEM Neo dengan resolusi spasial 5 meter mempunyai akurasi vertikal absolut sekitar 2,5 meter dan akurasi horizontal absolut 6 meter, sedangkan data DEM SRTM dengan resolusi spasial 30 meter mempunyai akurasi vertikal absolut sekitar 16 meter. Dari hasil pengolahan dari kedua data DEM tersebut, dibuat kontur dengan interval 10 meter. Melihat tingkat akurasi, maka nilai ketinggian dari garis kontur yang dihasilkan oleh WorldDEM Neo tentunya lebih mendekati kenyataan di lapangan, dibandingkan yang dihasilkan oleh DEM SRTM.
Lalu bagaimana menentukan interval kontur dari sebuah data DEM atau data lain yang memiliki tingkat resolusi spasial tertentu?.Rumus untuk mendapatkan interval kontur yakni sebagai berikut:
Selanjutnya, bagaimana mengetahui skala dari sebuah data DEM dengan tingkat resolusi tertentu?. Untuk hal tersebut, kita dapat menggunakan aturan kesepadanan skala peta dan resolusi spasial citra satelit dari Tobler, dengan perumusan sebagai berikut:
Skala Peta = Resolusi Spasial Citra Satelit (dalam meter) x 2 x 1000
Rumus tersebut dibuat Tobler untuk memperkirakan skala efektif yang dapat dibuat untuk mendeteksi sebuah objek dengan baik dari sebuah data raster dengan tingkat resolusi spasial tertentu.
Sebagai contoh, berapa skala peta yang efektif untuk WorldDEM Neo yang mempunyai resolusi spasial 5 meter dan DEM SRTM dengan resolusi spasial 30 meter?.
Berdasarkan aturan dari Tobler, maka diperoleh skala peta untuk kedua data DEM tersebut yakni sebagai berikut:
Skala Peta WorldDEM Neo = 5 meter x 2 x 1.000 = 10.000
Skala Peta DEM SRTM = 30 meter x 2 x 1.000 = 60.000
Maka dari hasil perhitungan di atas, diperoleh skala peta untuk WorldDEM Neo yaitu 1 : 10.000 dan untuk DEM SRTM yakni 1 : 60.000.
Namun dari pengalaman kami, penggunaan rumus atau aturan tersebut, tidak bisa benar-benar digunakan secara mutlak. Rumus dari Tobler lebih pas dijadikan sebagai sebuah panduan kisaran skala untuk tingkat resolusi spasial sebuah data.
Sebagai contoh, data Citra Satelit WorldView-2 dengan resolusi spasial asli 0,5 meter, berdasarkan rumus dari Tobler mempunyai skala efektif 1 : 1.000. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman, tampilan citra satelit yang memiliki resolusi spasial asli 0,5 meter, lazimnya hanya dapat dibuat maksimal hingga skala 1 : 2.000. Jika dibuat tampilan skala lebih dari itu, biasanya tampilan citra satelit akan pecah, seperti misalnya dibuat menjadi tampilan dengan skala 1 : 1.000.
Kembali menuju pembahasan penentuan kontur interval dari data WorldDEM Neo dan DEM SRTM, dengan anggapan bahwa perumusan penentuan skala menggunakan aturan dari Tobler sudah dianggap ideal, maka kontur interval yang disarankan adalah sebagai berikut:Terlihat dari hasil perhitungan di atas, interval kontur yang disarankan sama dengan tingkat resolusi spasial dari data DEM yang digunakan.Namun, sesuai dengan pembahasan sebelumnya, rumus dari Tobler sebaiknya digunakan sebagai panduan, dengan penentuan skala yang digunakan lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan. Sebagai contoh, jika skala efektif yang dihasilkan untuk WorldDEM Neo berdasarkan rumus dari Tobler yaitu 1 : 10.000, maka sebaiknya untuk perhitungan interval kontur menggunakan skala lebih rendah, misalnya antara 1 : 15.000 hingga 1 : 20.000.
Indeks Kontur
Indeks kontur merupakan garis konturdengan tampilan lebih tebal dibandingkan garis kontur lainnya, yang dibuat pada suatu kelipatan interval kontur tertentu.Sebagai contoh, perhatikan gambar di bawah ini:
Garis kontur yang dibuat pada gambar di atas dibuat dengan interval 10 meter. Secara sekilas pada gambar di atas, kita melihat terdapat garis-garis kontur yang lebih tebal dibandingkan garis kontur yang lainnya.
Garis kontur yang ditebalkan dibuat setiap kelipatan 50 meter, sehingga garis kontur yang tebal akan ditemui pada nilai ketinggian mulai dari 50 meter, 100 meter, 150 meter, 200 meter, 250 meter, 300 meter, serta seterusnya.
Biasanya sendiri, indeks kontur dibuat per 4 atau 5 garis kontur.
Untuk pembuatan garis kontur dari hasil pengolahan data DEM di Global Mapper, indeks kontur secara default dibuat per kelipatan 5 garis. Jadi jika interval kontur dibuat per 5 meter, maka indeks kontur disajikan mulai dari ketinggian 5 meter, 30 meter, 55 meter, dan seterusnya, begitu juga jika dibuat dengan interval kontur dengan nilai lainnya semisal per 10 meter, 20 meter, dan sebagainya.
Pembuatan indeks kontur bermanfaat untuk melakukan analisis secara cepat terkait kondisi ketinggian sebuah wilayah, karena biasanya tidak semua nilai ketinggian pada garis-garis kontur ditampilkan pada sebuah peta topografi yang memuat garis kontur.
Fungsi Garis Kontur
Fungsi atau kegunaan garis kontur tentunya untuk mengetahui ketinggian suatu wilayah, namun selain itu, terdapat beberapa manfaat lain dari garis kontur, yakni sebagai berikut:
a). Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections) antara dua tempat
Untuk membuat profil tanah secara memanjang yang sederhana dari garis kontur, lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
b). Menghitung luas dan volume sebuah objek
Terdapat beberapa cara untuk menentukan luasan sebuah objek dengan area yang tidak beraturan dari garis kontur yaitu sebagai berikut:
- Pembuatan kisi atau kotak (cara segi empat/square method);
- Pembuatan garis potong (cara jalur/stripped method);
- Cara segitiga (triangle method);
- Alat pengukur luas (planimeter).
Sedangkan untuk menghitung sebuah volume dari garis kontur, dapat menggunakan beberapa perumusan seperti perhitungan mencari volume prisma atau limas, yang juga melibatkan interval kontur tersebut.
c). Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan tertentu
d). Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling terlihat
Cara Membuat Kontur
Garis kontur dapat diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan ataupun dari pengolahan lebih lanjut data penginderaan jauh seperti data Digital Elevation Model (DEM).
Pada kesempatan kali ini, kami telah membuat sebuah tutorial membuat garis kontur dari data DEM serta membuat tampilannya lebih menarik, dengan menggunakan software gratis QGIS. Tutorial disajikan dalam bentuk Portable Document Format (PDF).
Bagi Anda yang berminat terhadap tutorial tersebut, silahkan isi form di bawah ini dengan sebenar-benarnya:
Link download akan muncul, jika Anda mengisi form tersebut dengan benar.
POSTINGAN MENARIK LAINNYA:
1). [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 3.x
2). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS
3). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps
4). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS
5). [Tutorial] Menghitung Volume Data Raster Menggunakan QGIS