Last Updated on October 2, 2019 by Map Vision Indonesia
DAPATKAN DATA CITRA SATELIT LANDSAT 8 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION.
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON: 0857 2016 4965 | E-MAIL: mapvisionindonesia@gmail.com
Citra satelit yang Anda lihat di awal postingan ini merupakan Citra Satelit Landsat 8 tanggal perekaman 22 Juli 2019, yang memperlihatkan kenampakan tambang terbuka terbesar di Afrika Selatan. Tambang terbuka tersebut mempunyai lebar mencapai 2 km, atau setengah dari tambang terbuka terbesar di dunia, Bingham Canyon, yang berada di Utah, Amerika Serikat.
BACA JUGA:
1). Paru-Paru Dunia Terbakar Hebat
2). Satelit Pesaing WorldView-3 Siap Meluncur, Sehari Bisa Merekam Sampai 2 Juta Kilometer Persegi
3). Melihat Lumpur “Abadi” Melalui Citra Satelit
4). Melihat Tempat Berlaga Bintang Sepakbola Dunia di Piala Dunia 2018 (Bagian I)
5). Melihat Tempat Berlaga Bintang Sepakbola Dunia di Piala Dunia 2018 (Bagian II)
Tambang yang dioperasikan oleh perusahaan beranama Palabora Minning Company Limited tersebut, memproduksi terutamanya tembaga serta produk sampingannya seperti logam mulia dari lumpur anoda (anoda slime), nikel sulfat, asam sulfat, magnetit, serta vermikulit.
Perusahaan ini juga mempunyai fasilitas pemrosesan untuk produksi tembaga murni dari bijih tembaga yang ditambang, dan pabrik pemulihan vermikulit. Produk tembaga final yang dihasilkan mempunyai dua bentuk yaitu katoda tembaga dan batang tembaga.
Perusahaan Palobora Minning Company Limited sebagian besar sahamnya dikuasai oleh Rio Tinto Group sebesar 57.7%, kemudian Anglo American PLC dengan saham sebesar 16.8%, serta sisa 25.5% tersedia untuk publik.
Untuk sejarahnya sendiri, kegiatan penambangan tembaga mulai dilakukan sejak tahun 1965, dan beroperasi penuh dua tahun kemudian. Kedalaman lubang tambang mencapai 800 meter, sebelum akhirnya kegiatan penambangan dihentikan karena semakin menipisnya sumber daya alam.
Proses penambangan kemudian dilanjutkan dengan metode Caving Block. Metode ini bertujuan memotong bagian bawah dari blok bijih sehingga blok bijih tersebut mengalami keruntuhan. Bijih yang telah runtuh, kemudian diangkat ke permukaan.
Akibat keruntuhan tersebut, beberapa infrastruktur mengalami kerusakan seperti jalan, saluran listrik, dan jalur kereta api, namun infrastruktur tambang tetap utuh, hingga proses penambangan tetap berjalan hingga saat ini.
Keruntuhan tambang terbuka akibat metode penambangan Caving Block tersebut masih dapat dilihat hingga sekarang, seperti yang terlihat dari tampilan miring (oblique) data Citra Satelit Landsat 8 berikut ini:
Bagian yang mengalami keruntuhan, ditunjukkan oleh bagian yang diberi keterangan Landslide pada data Citra Satelit Landsat 8 di atas.
Tambang terbuka terbesar di Afrika Selatan ini, telah menjadi bahan kajian oleh berbagai kalangan yang ingin mengkaji tantangan kegiatan penambangan dari penambangan terbuka menjadi penambangan bawah tanah. Selain itu, para peneliti juga mulai menggunakan citra satelit di wilayah penambangan tersebut, untuk mengetahui dampak dari penambangan bawah tanah terhadap kerusakan yang terjadi di permukaan.
Terdapat beberapa peristiwa yang terjadi di wilayah penambangan Palabora beberapa waktu ini. Pada bulan Juni 2019 ini, 14 singa yang merupakan “penghuni” Taman Nasional Kruger, yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penambangan, tampak berkeliaran di kawasan penambangan, sehingga membuat para pekerja tambang ketakutan. Selain itu, setahun sebelumnya pada tanggal 15 Juli 2018, kawasan penambangan mengalami kebakaran, yang membuat 6 pekerjanya meninggal dunia.
Sumber Utama:
https://landsat.visibleearth.nasa.gov/view.php?id=145366
Video Terkait:
POSTINGAN MENARIK LAINNYA:
1). [Tutorial] Membuat Animasi di QGIS
2). [Tutorial] Membuat Grid di QGIS
3). [Tutorial] Membuat Tampilan Kontur Lebih Menarik Menggunakan QGIS
4). [Tutorial] Koreksi Atmosferik Citra Satelit Menggunakan QGIS
5). [Tutorial] Membuat Tampilan 3D Data Citra Satelit di QGIS