Last Updated on February 26, 2020 by Map Vision Indonesia
DAPATKAN DATA CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI SPOT-6 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION.
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON: 0857 2016 4965 | E-MAIL: mapvisionindonesia@gmail.com
Tidak banyak perusahaan satelit observasi bumi komersial di dunia ini yang membuat satelit yang menghasilkan citra permukaan bumi dengan resolusi spasial 5 meter. Dari yang sedikit tersebut, Satelit SPOT-5 milik perusahaan Airbus Defence & Space asal Prancis merupakan satelit yang paling dikenal masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia yang banyak menggunakan data citra satelit dalam pekerjaannya. Satelit SPOT-5 dikenal karena satelit ini merupakan generasi kelima dari Satelit SPOT yang sudah tersohor luas, dimana Satelit SPOT generasi pertamanya telah mengorbit pada tahun 1986 silam.
BACA JUGA:
3). Kota Pertama di India yang Direncanakan
Selain SPOT-5, terdapat juga Satelit RapidEye yang menghasilkan citra permukaan bumi dengan resolusi spasial 5 meter. Namun dibanding SPOT-5, Satelit RapidEye kurang populer di mata masyarakat Indonesia pengguna data citra satelit. Salah satu faktor yang menurut kami mengapa Satelit RapidEye ini kurang peminatnya, karena kebijakan awal mereka terkait minimal luasan area order pembelian data citra satelit baik yang arsip atau perekaman baru. Pihak BlackBridge yang waktu itu sebagai pemiik Satelit RapidEye, menetapkan minimal luasan area order seluas 5000 kilometer persegi untuk pembelian data citra satelit. Walaupun harga per kilometer perseginya terjangkau, namun karena luas area untuk minimal ordernya sangat luas (rata-rata luasannya bisa mencakup lebih dari 1 kabupaten di Pulau Kalimantan), jatuhnya menjadi cukup mahal untuk pembelian dengan luasan minimal order.
Kemunculan Satelit SPOT-6 pada tahun 2012, kemudian dua tahun kemudian menyusul Satelit SPOT-7, yang tampaknya membuat mereka mengubah kebijakan terkait luasan area minimal order. Pihak Airbus Defence & Space menjual Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 yang mempunyai resolusi spasial 1.5 meter dan 6 meter, dengan luasan minimal order hanya 100 kilometer persegi saja. Hal tersebut membuat pembelian data Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 sangat terjangkau, dibandingkan dengan pembelian Citra Satelit RapidEye.
Kebijakan perusahaan Airbus Defence & Space tersebut, yang menurut kami membuat pihak perusahaan pemilik Satelit RapidEye saat ini yaitu Planet Labs, mengubah luasan minimal order untuk pembelian data Citra Satelit RapidEye dari 5000 kilometer persegi menjadi hanya 500 kilometer persegi saja.
Namun upaya Satelit RapidEye untuk bersaing dengan Satelit SPOT-6 dan Satelit SPOT-7 dalam memperebutkan “kue” untuk pangsa pasar citra satelit dengan resolusi spasial 5 meter dan 6 meter, harus terhenti pada tahun 2020 ini. Pihak Planet selaku pemilik Satelit RapidEye telah mengumumkan bahwa Satelit RapidEye akan berhenti beroperasi pada bulan Maret 2020 mendatang, setelah 11 tahun lebih lamanya mengorbit atau 4 tahun lebih lama dari masa hidup Satelit RapidEye yang dirancang selama 7 tahun.
Satelit RapidEye sendiri awalnya merupakan inisiasi dari Deutsches Zentrum für Luft- und Raumfahr (DLR) yang merupakan Badan Antariksa Jerman. Pada tahun 1996, DLR meminta Kayser-Threde GmbH untuk merancang konsep bisnis terkait cara melakukan komersialisasi penginderaan jauh di Jerman.
Dua tahun kemudian (tahun 1998), RapidEye didirikan sebagai perusahaan independen, dengan pembiayaan awal berasal dari beberapa investor swasta serta dari Vereinigte Hagelversicherung – sebuah perusahaan di bidang asuransi pertanian.
Pada tahun 2004, RapidEye mendapat pendanaan dari Uni Eropa, Negara Bagian Bradenburg yang berada di Jerman, serta konsorsium perbankan yang terdiri dari Commerzbank, EDC (Export Development Canada), serta KfW Banking Group. Melalui pendanaan tersebut, pembuatan konstelasi Satelit RapidEye dimulai, dengan kontraktor utama pembuatan Satelit RapidEye dilakukan oleh MacDonald Dettwiler (MDA). Pada tahun 2004 juga, markas RapidEye dipindahkan yang awalnya di Munich ke Brandenburg an der Havel yang berjarak 60 km dari arah barat daya Berlin.
Setelah 4 tahun pihak MDA membuat Satelit RapidEye, akhirnya pada tanggal 29 Agustus 2008, Satelit RapidEye berhasil meluncur ke angkasa. Setahun kemudian, Satelit RapidEye mulai beroperasi secara komersial setelah melewati fase MPAR (terdiri dari pengujian dan kalibrasi).
Pada tahun 2013, perusahaan RapidEye berganti nama menjadi BlackBridge, namun nama konstelasi satelit masih bernama RapidEye. Berselang dua tahun kemudian, perusahaan luar angkasa komersial asal Amerika Serikat, Planet Labs, secara resmi membeli perusahaan BlackBridge termasuk didalamnya konstelasi Satelit RapidEye.
Konstelasi Satelit RapidEye terdiri dari 5 satelit, yang bernama RapidEye 1 (nama kode: Tachys, COSPAR 2008-040C), RapidEye 2 (nama kode: Mati, COSPAR 2008-040A), RapidEye 3 (nama kode: Choma, COSPAR 2008-040D), RapidEye 4 (nama kode: Choros, COSPAR 2008 -040E) dan RapidEye 5 (nama kode: Trochia, COSPAR 2008-040B). Kelima satelit diluncurkan berbarengan dan ditempatkan pada orbit yang sama, dengan interval orbit antar satelit yaitu 19 menit.
Sebagai sebuah penghormatan kepada Satelit RapidEye sebelum masuk masa “pensiunnya”, berikut ini beberapa citra satelit hasil perekaman Satelit RapidEye:
Citra Satelit RapidEye di atas memperlihatkan kenampakan wilayah kompleks Gunung Berapi Puyehue-Cordón Caulle di Cile, Amerika Selatan, sebelum mengalami erupsi hasil perekaman pada tanggal 24 Maret 2011 – citra satelit sebelah kiri, dan kenampakannya setelah mengalami erupsi hasil perekaman pada tanggal 10 Maret 2019 – citra satelit sebelah kanan. Terlihat perbandingan kondisi wilayah tersebut dari Citra Satelit RapidEye, dimana setelah mengalami erupsi, bekas aliran lava setebal 30 meter menutupi wilayah yang dilaluinya.
Citra Satelit RapidEye menunjukkan wilayah Gletser Pizol yang sudah “tutup usia”. Pemanasan global yang terus terjadi, membuat hampir tidak ada lagi bongkahan es besar di wilayah tersebut, yang meleleh seiring terus meningkatnya temperatur permukaan bumi. Citra Satelit RapidEye tanggal perekaman 8 September 2009 memperlihatkan kondisi Gletser Pizol yang masih banyak dengan bongkahan es – citra satelit sebelah kiri, dan Citra Satelit RapidEye tanggal perekaman 9 Agustus 2019 yang memperlihatkan sisa-sisa es yang meleleh “berceceran” di sekitar wilayah Gletser Pizol – citra satelit sebelah kanan.
Perubahan kenampakan Kota Shenzhen yang berada di Delta Sungai Mutiara, Tiongkok, dalam satu dekade, diperlihatkan oleh Citra Satelit RapidEye. Citra satelit sebelah kiri dengan tanggal perekaman 1 Mei 2009, memperlihatkan masih banyak lahan terbuka di wilayah tersebut, namun satu dekade kemudian, kita melihat sudah banyak lahan terbangun di wilayah tersebut. Terlihat banyak gedung pencakar langit sudah berdiri kokoh, begitu juga infrastruktur di pelabuhan yang tampak sudah lengkap, dan juga terlihat jembatan penghubung di wilayah tersebut yang sudah dapat kita saksikan pada data citra satelit.
Perubahan iklim yang terjadi juga berdampak pada danau-danau besar yang ada di bumi ini, salah satunya yaitu Danau Toshka yang berada di Mesir. Dari Citra Satelit RapidEye tanggal perekaman 9 Januari 2011 – citra satelit bagian kiri, terlihat danau tersebut masih terisi air dengan jumlah yang cukup banyak. Namun coba bandingkan dengan data Citra Satelit RapidEye tanggal perekaman 28 Februari 2019 – citra satelit bagian kanan, terlihat dalam jangka waktu 8 tahun, Danu Toshka mengalami kekeringan yang hebat, dan hanya menyisakan sedikit saja air yang terdapat pada danau tersebut.
Sejak diluncurkan pada tanggal 29 Agustus 2008 menggunakan roket DNEPR-1 di Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, Satelit RapidEye telah mengorbit lebih dari 305 ribu kali, dan melakukan perekaman permukaan bumi sebanyak 660 ribu kali yang mencakup area perekaman seluas 15 miliar kilometer persegi.
Akhir kata selamat jalan Satelit RapidEye. Terima kasih atas sumbangsihnya terhadap dunia penginderaan jauh.
Sumber:
RapidEye: https://en.wikipedia.org/wiki/RapidEye
RapidEye Constellation To Be Retired In 2020: https://www.planet.com/pulse/rapideye-constellation-to-be-retired-in-2020/
POSTINGAN MENARIK LAINNYA:
1). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS
2). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps
3). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS
4). [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 3.x
5). [Tutorial] Import Titik-Titik Koordinat di Open Office atau Excel ke QGIS
Senin, 20 Januari 2020
Luar biasa…hebat,saya suka
Terima kasih Pak Nasrun atas kunjungannya ke website kami.