Last Updated on February 11, 2020 by Map Vision Indonesia
DAPATKAN DATA CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI WORLDVIEW-3 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION.
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON: 0857 2016 4965 | E-MAIL: mapvisionindonesia@gmail.com
Jika dihitung dari tahun 2010, maka saat ini kita telah beranjak satu dekade. Selama satu dekade tersebut, terdapat banyak peristiwa penting yang terekam oleh satelit observasi bumi yang disajikan dalam bentuk data citra satelit.
Beberapa perisitiwa penting dalam satu dekade tersebut, dapat dilihat dari citra satelit resolusi sangat tinggi dari perusahaan Maxar Technologies, seperti yang dapat Anda simak berikut ini:
1). Gempa dan Tsunami di Jepang – Tahun 2011
Pada tanggal 11 Maret 2011, Jepang diguncang gempa besar dengan kekuatan mencapai 9.0 S. Gempa luar biasa dahsyat ini, memicu terjadinya tsunami, dimana pada beberapa area ketinggiannya hampir mencapai 40 meter.
Tsunami yang terjadi membuat wilayah-wilayah pesisir seperti di sekitar Teluk Hiroura, porak poranda, seperti yang terlihat dari data Citra Satelit WorldView-2 sebelum dan sesudah tsunami terjadi berikut ini:
Tsunami yang terjadi juga menyebabkan kerusakan pada tiga reaktor nuklir pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, yang berimbas terjadinya kebocoran radiasi nuklir pada lingkungan sekitarnya.
Citra Satelit WorldView-1 tanggal perekaman 14 Maret 2011 berikut ini, menunjukkan kondisi reaktor kedua satu menit sebelum ledakan terjadi:
4 menit setelah reaktor kedua meledak, Citra Satelit WorldView-2 merekam kejadian tersebut, seperti terlihat di bawah ini:
Air yang terkontaminasi radioaktif akibat bencana yang terjadi di PLTN tersebut, disimpan dalam tangki-tangki pengolahan khusus, seperti terlihat dari data Citra Satelit WorldView-3 tanggal perekaman 8 Oktober 2019 berikut ini:
Saat ini terdapat 960 tangki yang menampung sekitar 1.15 juta air radioaktif, dan masih terus bertambah mengingat terdapat 150 ton air radioaktif yang dikumpulkan setiap harinya. Jika proses pengumpulan terus berlangsung, maka kapasitas tangki akan penuh pada tahun 2022 mendatang.
BACA JUGA:
1). Pulau Unik Ini Terendam Banjir. Lihat Kenampakannya Pada Citra Satelit
2). Peta Sebaran Virus Corona dari John Hopkins University
3). Melihat Lumpur “Abadi” Melalui Citra Satelit
Berbagai opsi penyelesaian saat ini tengah dipertimbangkan oleh pihak-pihak terkait mengenai solusi air radioaktif yang nantinya sudah tidak akan tertampung lagi oleh tangki-tangki yang ada. Apakah menambah tangki, menguapkan air, menyuntikkannya jauh ke bawah tanah, atau “membuang” air olahan yang sudah bersih dari unsur kimia cesium secara bertahap ke Samudra Pasifik.
Video Terkait:
2). Klaim Sepihak China dan Pembuatan Pulau Buatan di Laut China Selatan
Pertumbuhan ekonomi yang luar biasa pesat dalam beberapa dekade ini, membuat China digadang-gadang akan menjadi negara adikuasa baru di masa mendatang menggusur Amerika Serikat.
Namun dengan kekuatan ekonomi yang kuat tersebut, membuat China mulai terlihat arogan terhadap negara lain, salah satunya klaim sepihak mereka atas hampir keseluruhan perairan Laut China Selatan sebagai bagian dari teritori mereka, yang mengacu pada peta nine dash–line (sembilan garis putus), yang mulai mereka buat pada tahun 1947.
Pembuatan peta tersebut hanya berdasarkan jejak historis ekspedisi para nelayan dan pedagang China era Dinasti Han pada tahun 110 SM, namun tanpa dasar hukum yang jelas termasuk berdasarkan UNCLOS 1982 (Konvensi PBB tentang Hukum Laut).
Alhasil lewat klaim sepihak China terhadap perairan Laut China Selatan, mereka mulai melakukan berbagai aktivitas tanpa malu di perairan Laut China Selatan. Masih hangat pemberitaan pada akhir Bulan Desember 2019 yang lalu, dimana banyak nelayan China yang mulai masuk ke perairan Laut Natuna yang masuk ke wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, tanpa permisi, dan dikawal oleh China Coast Guard (Polisi Maritim China yang bertugas menegakkan hukum di wilayah perairan China). Bahkan gilanya lagi, mereka mengusir nelayan-nelayan lokal Indonesia yang sedang mencari ikan di perairan Laut Natuna.
China sendiri tidak pernah mengakui nama Laut Natuna dan tetap menggunakan nama Laut China Selatan karena wilayah tersebut masih masuk ke dalam bagian perairan Laut China Selatan bersandar pada peta yang mereka buat tersebut.
Tindakan lebih parah terjadi di wilayah-wilayah perairan Laut China Selatan yang sebenarnya masih disengketakan beberapa negara seperti Vietnam, Brunei Darusallam, Filipina, Taiwan, dan juga Malaysia. China dengan pongah membangun beberapa pulau buatan yang dilengkapi berbagai fasilitas seperti landasan pacu pesawat terbang yang cukup untuk menampung berbagai jenis pesawat, pelabuhan, dermaga untuk aktivitas muat dan angkut barang, serta berbagai fasilitas lainnya.
Salah satu pulau buatan yang mereka bangun berada di Fiery Cross Reef. Proses pembangunan pulau buatan ini dari awal mula sampai sudah selesai dapat dilihat dari animasi data citra satelit dari tahun 2013 hingga 2017 ini:
Video Terkait:
3). Kebakaran Paling Besar dalam Sejarah di Wilayah California, Amerika Serikat
Kejadian kebakaran paling besar yang terjadi dalam sejarah di negara bagian California, Amerika Serikat, terjadi pada tahun 2018 yang lalu. Kebakaran ini melahap lahan seluas lebih dari 150 ribu hektar, dan menelan korban jiwa hingga mencapai 85 orang.
Kebakaran yang dinamai dengan “Camp Fire” ini, juga telah menghancurkan 18.000 lebih struktur dengan rincian 14.000 merupakan rumah penduduk, 500 lebih bangunan untuk usaha, 4.400 lebih lumbung dan gudang, serta sisanya bangunan lain.
Rumah selebriti dunia yang berada di California juga tidak luput dari amukan si jago merah. Seperti aktor Gerard Butler yang bermain di film 300, membagikan foto dirinya di Twitter dengan latar belakang rumahnya yang sudah dilalap api.
Selebriti lain yang rumahnya telah menjadi abu akibat kebakaran hebat ini, antara lain Alyssa Milano, Lady Gaga, Kim Kardhasian dan Kanye West, Orlando Bloom, serta banyak lainnya.
Citra satelit merekam kenampakan salah satu kota di California yang terbakar yaitu Kota Paradise, sebelum dan sesudah musibah mengerikan ini terjadi, yang dapat dilihat di bawah ini:
Nyala api kebakaran terlihat sangat jelas dari kenampakan Citra Satelit WorldView-3 menggunakan band–band Short Wave Infrared (SWIR).
Video Terkait:
4). Bencana Tumpahan Minyak Terbesar di Amerika Serikat
Akhir tahun 2016 yang lalu, dirilis sebuah film dengan judul Deepwater Horizon. Film yang dibintangi oleh Mark Wahlberg tersebut, diangkat dari kisah nyata musibah tragis ledakan yang memicu kebakaran pada kilang minyak lepas pantai bernama Deepwater Horizon yang berada di Teluk Meksiko, Amerika Serikat.
Deepwater Horizon sendiri merupakan semi–submersible (setengah terendam) unit pengeboran lepas pantai yang dimiliki oleh perusahaan Transocean yang disewa oleh British Petroleum (BP) selaku pemegang konsesi terbesar di laut dalam (deepwater) yang berada di Teluk Meksiko.
Peristiwa mengerikan tersebut terjadi pada tanggal 20 April 2010, yang menyebabkan 4,9 juta barrel minyak tumpah ke Teluk Meksiko dan mencemari lautan, yang menjadikannya sebagai musibah terbesar tumpahnya minyak ke lautan di Amerika Serikat. Hingga saat ini pun, kemilau minyak hasil tumpahan masih dapat kita temui di lautan sekitar lokasi kejadian. Selain itu, peristiwa nahas ini, mengakibatkan 11 orang pekerja meninggal dunia.
Dampak tumpahnya minyak ke lautan membuat 600 spesies hewan terancam mati akibat laut yang sudah tercemar. Salah satu hewan yang dikhawatirkan terancam banyak yang mati yaitu Pelikan Coklat yang dijuluki Si Burung Anggun, yang bertelur di pesisir pulau-pulau kecil yang berada di sekitar perairan Teluk Meksiko. Burung tersebut terancam karena memakan ikan-ikan yang berada di perairan yang tercemar minyak. Selain Pelikan Coklat, hewan-hewan laut lain seperti tuna, kakap, tiram, hiu, serta berbagai macam spesies laut lainnya, terancam berkurang populasinya jika tumpahan minyak masih belum benar-benar dibersihkan.
Kenampakan tumpahan minyak yang sangat besar tersebut di perairan Teluk Meksiko saat itu, dapat dilihat dari data citra satelit berikut ini:
Terlihat dari data citra satelit di atas, tumpahan minyak di Teluk Meksiko, beserta posisi kilang minyak yang meledak, yang dapat dilihat dari sumber asap yang muncul.
Tampak juga dari data citra satelit di atas, terdapat bagian yang berwarna kemerah-merahan di Teluk Meksiko tersebut. Hal tersebut merupakan kenampakan hasil pembakaran dari tumpahan minyak, sebagai salah satu bagian dari upaya menyelamatkan lahan basah yang rawan.
Atas peristiwa memilukan ini, BP bersama Transocean dan juga Halliburton dinyatakan bersalah, dengan presentase kesalahan 67% dari pihak BP, 30% kesalahan pada pihak Transocean, dan 1% dari pihak Halliburton. Dan oleh karena itu, BP diharuskan membayar 2.4 milyar US Dollar untuk pelanggaran UU Air Bersih di Amerika Serikat, namun berpotensi membengkak menjadi 5 hingga 20 milyar US Dollar dari kemungkinan penalti yang akan diberikan. Sedangkan Transocean harus membayar 1.4 milyar US Dollar, dan Halliburton sebesar 1.1 milyar US Dollar.
Video Terkait:
Untuk postingan bagian pertama ini, citra satelit yang ditampilkan merupakan peristiwa-peristiwa berbagai musibah besar yang terjadi di berbagai belahan bumi ini.
Sekian postingan untuk kali ini. Semoga menambah wawasan kita semua. Sampai jumpa pada bagian yang kedua mendatang.
POSTINGAN MENARIK LAINNYA:
1). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS
2). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps
3). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS
4). [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 3.x
5). [Tutorial] Membuat Efek Bayangan Pada Data Citra Satelit Menggunakan QGIS