Map Vision Indonesia

Satelit Pleiades Neo 4 Berhasil Mengangkasa

Last Updated on September 2, 2021 by Map Vision Indonesia

Peluncuran Satelit Pleiades Neo 4

Satelit Pleiades Neo 4 Meluncur ke Angkasa
(Image Copyright: ESA/CNES/Arianespace/JM Guillon)

DAPATKAN DATA CITRA SATELIT PLEIADES NEO & CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI LAINNYA DI MAP VISION INDONESIA DENGAN KUALITAS DAN HARGA TERBAIK

UNTUK PEMESANAN DAN INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR BERIKUT (WA/TELEPON): 0878 2292 5861 atau 0857 2016 4965

Pleiades Neo merupakan konstelasi satelit observasi bumi penghasil citra dengan resolusi mencapai 30 cm (0.3 meter) pada posisi nadir dari perusahaan asal Prancis, Airbus Defence & Space. Konstelasi ini terdiri dari 4 (empat) satelit, dimana 2 (dua) satelit sudah berhasil mengangkasa pada tahun 2021 ini, dan 2 (dua) sisanya akan meluncur pada tahun 2022 mendatang.

Penamaan Satelit Pleiades Neo beraturan namun diawali dari nomor 3, sehingga nantinya nama Satelit Pleaides Neo yakni Satelit Pleiades Neo 3, 4, 5, dan 6.

Satelit Pleaides Neo 3 sukses mengangkasa pada tanggal 29 April 2021 pukul 01:50 UTC atau tanggal 28 April 2021 pukul 10:50 malam waktu setempat. Peluncuran dilakukan di Guiana Space Center, Korou, Guyana Prancis, menggunakan roket peluncur Vega Flight VV18 yang dioperasikan oleh Arianespace (sebuah perusahaan peluncur satelit).

BACA JUGA:

1). Satelit Pleiades Neo 3 Resmi Mengangkasa

2). Citra Pleiades

3). Kemiringan Lereng

4). Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)

5). Penginderaan Jauh

Berselang hampir 4 bulan dari peluncuran Satelit Pleiades Neo 3, pada hari kemerdekaan negara kita yang ke-76 atau tanggal 17 Agustus 2021 pukul 01:47 UTC, Satelit Pleaides Neo 4 menyusul “saudara tua-nya”, yang bertempat di lokasi yang sama dengan peluncuran Satelit Pleiades Neo 3, menggunakan roket peluncur Vega VV19.

Selain Satelit Pleiades Neo 4, pada peluncuran ini terdapat 4 muatan tambahan yang diangkut roket Vega VV19 yaitu CubeSats, BRO-4,  SUNSTORM, LEDSAT, dan RADCUBE.

Satelit Pleiades Neo 4 akan “bertugas” pada ketinggian 620 km di atas permukaan bumi, yang berada pada orbit polar Sun-synchronous, dengan kedudukan satelit berlokasi pada orbit yang sama dengan Satelit Pleiades Neo 3, namun berbeda posisi 180 derajat.

Satelit Pleiades Neo 4 akan menghasilkan citra satelit dengan lebar petak dalam satu kali perekaman yaitu 14 km, dan hal tersebut merupakan yang terlebar dan terluas untuk citra satelit dengan resolusi spasial kelas 30 cm.

Citra Satelit Pertama

4 hari setelah peluncuran Satelit Pleiades Neo 4 atau tepatnya tanggal 21 Agustus 2021, Satelit Pleiades Neo 4 berhasil menghasilkan citra pertama-nya, dimana 2 (dua) diantaranya yaitu sebagai berikut:

Citra Satelit Pleiades Neo 4 Pertama di Wilayah L’île aux Oiseaux

Citra Satelit Pleiades Neo 4 Pertama yang Dihasilkan di Wilayah L’île aux OiseauxPrancis
(Image Copyright: Airbus Defence & Space)

Citra satelit di atas merupakan citra satelit di wilayah Pulau L’île aux Oiseaux yang berada di Prancis, yang merupakan lahan basah dan tempat untuk mengamati burung sepanjang tahun serta menjadi tempat untuk budidaya tiram.

Citra Satelit Pleiades Neo 4 Pertama di Wilayah Dune du Pilat

Citra Satelit Pleiades Neo 4 Pertama yang Dihasilkan di Wilayah Dune du PilatPrancis
(Image Copyright: Airbus Defence & Space)

Wilayah lain yang terekam oleh citra satelit pertama Satelit Pleiades Neo 4 yakni di wilayah Dune du Pilat yang merupakan bukit pasir tertinggi di Benua Eropa yang terletak La-Teste-de-Buch di daerah Teluk Arachon, yang berada 60 km di barat daya Bordeaux, Prancis.

Teknologi Satelit Pleiades Neo

Pleiades Neo dilengkapi dengan teknologi terkini dari Laser Communication Technology yang memberikan keuntungan kepada para pelanggan berupa kecepatan transmisi data yang sangat luar biasa.

Dengan penggunaan Laser Communication Technology yang telah disinggung di atas, kecepatan transmisi data dapat mencapai 1.8 Gbit per detik dan posisi orbit geostasioner dari satelit relay, yang memungkinkan transmisi data mencapai 40 Tb per hari ke Bumi secara quasirealtime, yang sangat berlawanan dengan kondisi satelit saat ini yang terkadang mencapai keterlambatan transmisi data hingga beberapa jam lamanya.

Pleiades Neo akan menggunakan SpaceDataHighway untuk memastikan sistem reaktivitas tertinggi, latensi (jeda waktu pengiriman data) terendah, dan volume tinggi untuk transfer data. Dan penggunaan SpaceDataHighway oleh Pleiades Neo menjadikannya sebagai satelit komersial pertama yang menggunakan teknologi tersebut.

SpaceDataHighway yang dikenal juga sebagai European Data Relay System (EDRS), dikembangkan oleh European Space Agency (ESA) dan Airbus Defence & Space, melalui kerjasama dalam bentuk PublicPrivate Partnership (PPP). Kehadiran teknologi ini selain memberi manfaat bagi Pleiades Neo, juga bagi Satelit Sentinel yang merupakan bagian dari Program Copernicus-nya ESA.

SpaceDataHighWay

SpaceDataHighway
(Image Copyright: Airbus Defence & Space)

Keempat Satelit Pleiades Neo akan dilengkapi dengan terminal reaktif Ka-band yang memungkinkan pengambilan data update pada menit-menit akhir, bahkan jika satelit berada di luar garis pengamatan stasiun bumi (ground stations). Hal ini sangat bermanfaat bagi pelanggan dan pihak-pihak yang ingin segera mendapatkan data perekaman terbaru khususnya ketika musibah besar atau bencana alam terjadi ataupun untuk kepentingan mendesak militer maupun sipil.

Keberadaan terminal laser generasi selanjutnya yang terintegrasi pada Satelit Pleiades Neo, akan membuat pengoptimalan dalam hal daya dan mengurangi 60 persen massa serta ukuran dibandingkan dengan penggunaan terminal yang sedang digunakan saat ini. Terminal ini dirancang oleh Tesat Spacecom dan dikembangkan di bawah kerjasama antara German Aerospace Centre (DLR) dan Airbus Defence & Space.

Wahana Satelit Pleiades Neo

Desain wahana Satelit Pleiades Neo sangat inovatif karena dilengkapi dengan instrumen optik silikon karbida generasi selanjutnya, yang dibangun berdasarkan teknologi yang pertama kali dipelopori oleh perusahaan Airbus pada tahun 2000-an.

Satelit Pleiades Neo

Satelit Pleiades Neo
(Image Copyright: Airbus Defence & Space)

Wahana Satelit Pleiades Neo dibuat berdasarkan penyempurnaan bus satelit optik S950. Dengan desain yang inovatif, wahana Satelit Pleiades Neo dapat menghasilkan kinerja maksimal, dengan kapasitas hasil pencitraan lebih baik, dapat melakukan transmisi naik dan turun, kelincahan, serta desain yang kompak (dengan massa 750 kg dan kelas anggaran daya 1 kW).

Satelit Pleiades Neo Sebagai Penantang Satelit WorldView-3 dan WorldView Legion

Saat ini persaingan untuk mendominasi pasar citra satelit resolusi sangat tinggi diperebutkan utamanya oleh perusahaan Maxar Technologies asal Amerika Serikat lewat 4 satelit penghasil citra optis dengan resolusi sangat tinggi yang terdiri dari Satelit WorldView-3, WorldView-2, WorldView-1, dan GeoEye-1, serta perusahaan asal Prancis yakni Airbus Defence & Space.

Awalnya sendiri “kue” untuk pasar citra satelit resolusi tinggi dikuasai oleh perusahaan Maxar Technologies (sebelum diakuisisi bernama DigitalGlobe), sebelum akhirnya perusahaan Airbus Defence & Space (dahulu bernama Astrium) meluncurkan Satelit Pleiades-1A dan Pleiades-1B yang menghasilkan citra dengan resolusi spasial kelas 50 cm (0.5 m), yang dilengkapi oleh Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 yang memproduksi citra satelit dengan resolusi spasial kelas 1.5 meter. “Kue” yang selama ini hampir dinikmati sendiri oleh Maxar Technologies, mulai tergerus dengan kehadiran kompetitor berat yang hadir belakangan.

Untuk kembali unggul dalam persaingan tersebut, Maxar Technologies melakukan petisi kepada pemerintah Amerika Serikat supaya dilakukan peningkatan pembatasan tingkat kelas resolusi spasial dari citra satelit yang dijual secara bebas kepada masyarakat umum, berhubung terdapat aturan di Amerika Serikat bahwa citra satelit yang mempunyai resolusi spasial lebih tinggi di atas 50 cm, maka harus dilakukan resampling, setidaknya pada resolusi spasial kelas 50 cm. Hasilnya pada tahun 2014, Departemen Perdagangan Amerika Serikat dan juga National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengabulkan keinginan dari Maxar Technologies (ketika melakukan petisi, perusahaan masih bernama DigitalGlobe).

Setelah mendapatkan relaksasi terkait tingkat resolusi spasial dari pemerintah Amerika Serikat, Maxar Technologies meluncurkan Satelit WorldView-3 pada 13 Agustus 2014 dan juga Satelit WorldView-4 pada 11 November 2016. Kedua satelit tersebut dapat menghasilkan citra dengan resolusi spasial mencapai 31 cm pada keadaan nadir.

Sayangnya Satelit WorldView-4 mengalami kerusakan sehingga harus berhenti beroperasi pada awal tahun 2019 yang lalu, sehingga praktis saat ini hanya Satelit WorldView-3 saja yang beroperasi menghasilkan citra dengan tingkat resolusi spasial dapat menyentuh 31 cm dalam posisi nadir.

Keberadaan Satelit WorldView-3 dan juga Satelit WorldView-4, direspon oleh Airbus Defence & Space, dengan rencana pembuatan konstelasi satelit penghasil citra dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada keadaan nadir, yang telah dirancang beberapa tahun yang lalu. Dan akhirnya, seperti telah dibahas pada awal postingan, satelit penantang untuk WordlView-3 dan WorldView-4 dari Airbus Defence & Space yang bernama Satelit Pleiades Neo, salah satunya telah berhasil mengorbit di luar angkasa.

Maxar Technologies tentunya juga tidak tinggal diam dengan pergerakan pesaingnya. Semenjak rencana pembuatan konsetelasi Satelit Pleiades Neo oleh perusahaan Airbus Defence & Space, Maxar Technologies juga merancang konstelasi satelit penghasil citra dengan resolusi spasial kelas 30 cm yang mereka beri nama WorldView Legion.

Konstelasi Satelit WorldView Legion
(Image Copyright: Maxar Technologies)

Konstelasi WorldView Legin terdiri dari 6 satelit identik yang menghasilkan citra dalam moda multispektral dengan resolusi spasial kelas 50 cm (0.5 m) dan moda pankromatik dengan resolusi spasial kelas 30 cm (0.3 m).

Rencananya, seluruh 6 Satelit WorldView Legion akan diluncurkan pada tahun 2021 ini. Satelit ini akan menggunakan kendaraan peluncur berupa dua roket Falcon-9 v1.2 (Blok 5), dan nantinya dua satelit akan mengorbit pada orbit polar dan empat satelit lainnya mengorbit pada posisi 45 derajat orbit, serta mempunyai waktu kembali ke tempat semula (revisit time) 40 kali dalam satu hari. Menarik sekali tentunya duel head to head antara dua perusahaan besar di bidang antariksa ini dalam memenangi pasar citra satelit resolusi sangat tinggi, terutama setelah mereka memiliki satelit penghasil citra dengan resolusi spasial yang setara.

Spesifikasi Satelit Pleiades Neo

Spesifikasi Satelit Pleiades Neo

Video Terkait Satelit Pleiades Neo

POSTINGAN MENARIK LAINNYA:

1). [Tutorial] Download dan Olah Data DEMNAS

2). [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS

3). [Tutorial] Cara Memperoleh Anotasi di Google Maps

4). [Tutorial] Membuat Area Buffer dalam Beberapa Radius Menggunakan QGIS

5). [Tutorial] Membuat Grid di QGIS

Author: Map Vision IndonesiaMap Vision Indonesia merupakan team yang berisikan praktisi di bidang Citra Satelit, Penginderaan Jauh (Remote Sensing), Sistem Informasi Geografis (SIG), serta Pemetaan pada umumnya. Kami telah berpengalaman khususnya mengerjakan ratusan proyek pengadaan dan pengolahan serta mapping data citra satelit berbagai resolusi dari beragam vendor sejak tahun 2013.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: